tag:blogger.com,1999:blog-33940866012702616382024-03-13T15:15:44.125-07:00KESEHATANTUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-92132940786791156352010-09-01T14:28:00.000-07:002010-12-17T02:57:25.816-08:00L.I.V.E.R<div class="entry"><div style="text-align: justify;"></div><div class="snap_preview"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizYwfW7lHLfDJuVVQ-DdmXyZPCYb3gtuMV9RNg9GSKPl6m9n36FI29DGUMNKVpe18Ex-mi9OAv3hrBz-8Eagt2elU3RTdl54OuISYaD5R6IgkvmOMPOzojXZgIRAiqOps_tUZ2dw-6BXQ/s1600/SIR_torso_liver_cancer_2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizYwfW7lHLfDJuVVQ-DdmXyZPCYb3gtuMV9RNg9GSKPl6m9n36FI29DGUMNKVpe18Ex-mi9OAv3hrBz-8Eagt2elU3RTdl54OuISYaD5R6IgkvmOMPOzojXZgIRAiqOps_tUZ2dw-6BXQ/s320/SIR_torso_liver_cancer_2.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="color: red; font-size: large;"><a href="http://www.eco-washball.com/?a_aid=2kangsapoe&a_bid=6e016497">Liver</a> </span>adalah istilah kedokteran untuk Hati.</div><div></div><div style="text-align: justify;">Jadi sakit liver berarti juga sakit hati. Tentu saja penyebab sakit liver itu bermacam macam, bisa dikarenakan virus, bisa di karenakan keracunan dan hal ini akan mengakibatkan peradangan. Peradangan yang terjadi pada hati disebut dengan Hepatitis. Apapun jenis peradangannya istilahnya tetap sama yaitu Hepatitis.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hati memiliki fungsi utama yaitu sebagai Filter Darah. Darah yang beredar di tubuh kita akan dibersihkan dan disaring dari bahan-bahan beracun yang masuk ke tubuh melalui makanan atau pernafasan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Fungsi Utama hati pada orang dewasa adalah :</div><div style="text-align: justify;"></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana;">Menimpan berbagai bentuk glukosa, vit B12, dan zat besi<br />
</span></span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana;">Penyediaan tenaga (zat gula) dan protein</span></span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana;">Pengeluaran hormon-hormon dan insulin.<br />
</span></span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana;">Pembentukan dan pengeluaran Lemak dan Kolesterol</span></span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana;">Penyaring dan pembuang bahan bahan beracun di dalam darah mealalui proses pembongkaran hemoglobin.<br />
</span></span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Verdana;">Merubah amonia menjadi urea<br />
</span></span></li>
</ul><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Jadi penting lah kiranya, kita membantu memperingan kerja hati kita, baik dengan cara mengatur asupan makanan, maupun dengan cara berolahraga.<br />
<br />
<div style="color: red; text-align: left;"><a href="http://www.eco-washball.com/?a_aid=2kangsapoe&a_bid=6e016497"><span style="font-size: large;"><b>Gejala Sakit Liver</b></span></a></div><div style="color: red; text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Banyak penderita sakit liver yang tidak menyadari bahwa livernya sedang sakit. Untuk yakin, mereka menunggu pengesahan dari lab dan dokter yang menyatakan bahwa liver nya sakit.</div><div style="text-align: justify;">Sebenarnya sakit liver bisa dideteksi lebih awal. Liver yang tugasnya menyiapkan makanan siap pakai untuk sel-sel tubuh, dan mendaur ulang sisa proses dari sel-sel tubuh ini apabila tidak bekerja maksimal, bisa segera diketahui dengan gejala yang muncul.<b></b></div><div style="text-align: justify;"><b>1. Badan lelah sebelum waktunya.</b></div><div style="text-align: justify;">Normalnya orang bekerja akan mulai lelah setelah pk 15.00-16.00. Apabila jam 11 siang atau jam 2 siang sudah lelah, apalagi lelah berlebihan, bisa diartikan liver anda sudah tidak mampu bekerja maksimal. Ibarat sebuah pabrik dengan seribu karyawan, yang bekerja baik mungkin hanya 700 karyawan. Prosesnya sebagai berikut;</div><div style="text-align: justify;">Saat anda bekerja mulai pagi, dalam waktu yang hampir bersamaan, diproduksi pula sisa pembakaran dari proses yang ada. Produk sisa ini, melalui darah dibawa ke liver untuk di daur ulang. Zat yang masih bisa dimanfaatkan diproses dan disempurnakan kembali. Zat yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi di kirim ke ginjal untuk dibuang melalui urin.</div><div style="text-align: justify;">Liver sehat akan mampu melakukan proses ini hingga sore hari. Liver yang sel-sel nya tidak bekerja maksimal mungkin hanya mampu bekerja hingga jam 11 atau jam 2 siang tergantung sebera banyak sel yang masih bisa bekerja.</div>Makin banyak sel yang bisa bekerja maksimal, makin prima kondisi seseorang.<b></b><br />
<b>2. Bangun pagi tidak fresh.</b><br />
<div style="text-align: justify;">Setelah tidur semalam, kurang lebih 6 jam, liver seharusnya sudah mendapatkan waktu yang cukup panjang untuk memproses hasil sisa sepanjang hari. Bila pagi hari anda bangun tidak dalam kondisi segar, berarti liver anda tidak bekerja dengan baik.<b></b></div><div style="text-align: justify;"><b>3. Setelah berhubungan seks</b>, kehabisan stamina berkepanjangan.</div><div style="text-align: justify;">Adalah wajar ketika selesai melakukan hubungan seks anda kelelahan. Yang tidak wajar bila setelah istirahat 1-2 jam anda tidak segera pulih untuk melakukan aktifitas lain.<b></b></div><div style="text-align: justify;"><b>4. Mudah masuk angin.</b></div><div style="text-align: justify;">Mudah masuk angin juga salah satu indikasi bahwa liver anda sedang tidak sehat. Gangguan ini bila tidak ditanggapi dan disembuhkan, dapat menjadi sakit liver yang berat.</div></div><div style="text-align: justify;"><br />
<a href="http://www.eco-washball.com/?a_aid=2kangsapoe&a_bid=6e016497"><span style="color: red; font-size: large;">SGOT -SGPT SERING BIKIN KECELE</span></a><br />
<br />
<span style="font-family: verdana,arial,helvetica; font-size: x-small;">Dalam dunia kesehatan SGOT-SGPT bukanlah istilah baru. Meski begitu masih banyak orang kecele dengan angka-angka yang ditampilkannya. <br />
<br />
Pemilik angka SGOT-SGPT di atas normal dianggap sakit. Sebaliknya, kadar di bawah normal diyakini sehat. Padahal kenyataannya belum tentu begitu.<br />
<br />
"Wah gawat, SGPT gue tinggi! Padahal gue enggak ngerasa sakit apa-apa tuh,” keluh Indra, pelamar kerja yang baru saja melakukan tes kesehatan. Wajahnya gusar, memandangi hasil tes laboratorium. Kegusaran Indra bak mewakili kegusaran banyak orang, yang serta-merta risau ketika tahu kadar SGPT dan SGOT-nya melampaui batas atas normal (BAN).<br />
<br />
SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus hepatitis atau sirosis, biasanya kadar kedua enzim ini meningkat. Makanya, lewat hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati.<br />
<br />
Penyimpangan Populasi<br />
<br />
Kembali pada keluhan Indra, apakah SGOT-SGPT yang melampaui BAN memang pertanda awal datangnya malapetaka?<br />
<br />
Jawabannya, belum tentu! SGOT-SGPT yang berada sedikit di atas normal tak selalu menunjukkan seseorang sedang sakit. Bisa saja peningkatan itu terjadi bukan akibat gangguan pada liver. “Kalau kita tes darah sesudah main bola atau kerokan, sangat mungkin SGOT-SGPT kita bakal naik,” kata dr. Rino A. Gani, Sp.PD-KGEH, hepatolog Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.<br />
<br />
Kadar SGOT-SGPT juga gampang naik turun. Mungkin saja saat diperiksa, kadarnya sedang tinggi. Namun setelah itu, dia kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat diperiksa, kadarnya sedang normal, padahal biasanya justru tinggi. Karena itu, satu kali pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa dijadikan dalil untuk membuat kesimpulan.<br />
<br />
Angka BAN pun dibuat berdasarkan statistik. Di dalam statistik selalu ada simpangan baku. Artinya, ada sebagian kecil orang yang memang berbeda dari kebanyakan orang. Menurut American Gastroenterological Association, penyimpangan ini terjadi pada 1- 4% dari populasi. Mereka punya nilai SGOT-SGPT yang sedikit lebih tinggi dari BAN, tapi tidak menunjukkan gejala sakit.<br />
<br />
Berarti, kadar SGOT-SGPT sedikit di atas normal boleh dianggap enteng? <br />
<br />
Jelas tidak! Meski bisa saja sebaliknya, seseorang mengidap sakit liver kronis, walaupun kadar SGOT-SGPT-nya normal. “Sekitar 30% penderita hepatitis C kronis memiliki kadar ALT (SGPT) normal,” ungkap Goerge K. K. Lau, guru besar Department of Medicine, Queen Mary Hospital, University of Hong Kong, di kongres Asian Pacific Association for the Study of Liver (APASL) 2005 di Bali, belum lama ini.<br />
<br />
Sisanya, 40% penderita hanya menunjukkan kenaikan sedikit SGPT di atas BAN. Rino pun sependapat dengan George Lau.<br />
<br />
“Pada sekitar 60 - 70% pasien kami, nilai ALT (SGPT)-nya hanya sekitar 1,3 - 1,5 kali batas atas normal,” ungkapnya. Meski tidak begitu “tinggi” (tak sampai dua kali BAN), mereka ternyata sudah positif terinfeksi virus hepatitis C.<br />
<br />
Tak cuma di hati<br />
<br />
Gangguan hati sendiri bentuknya berjenis-jenis, dengan jumlah penderita tak sedikit. Jumlah pengidap hepatitis C saja sekitar 3% dari populasi. Belum lagi hepatitis A dan B yang jumlahnya jauh lebih banyak. Apalagi jika ditambah dengan perlemakan hati, sirosis, intoksikasi obat, fibrosis hati, dan penyakit lain yang nama-nya jarang kita dengar.<br />
<br />
Penyakit-penyakit tadi umumnya ditandai dengan peningkatan angka SGOT-SGPT. Namun, kedua enzim itu tidak 100% dihasilkan oleh liver. Sebagian kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Itu sebabnya, jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar kedua enzim ini pun meningkat.<br />
<br />
Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya aktivitas fisik yang berat, luka, trauma, atau bahkan kerokan. Ketika kita mendapat injeksi intra muskular (suntik lewat jaringan otot), sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase ini. Pendek kata, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT.<br />
<br />
Dibandingkan dengan SGOT, SGPT lebih spesifik menunjukkan ketidakberesan sel hati, karena SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel nonliver. Biasanya, faktor nonliver tidak menaikkan SGOT-SGPT secara drastis. Umumnya, tidak sampai 100% di atas BAN. Misalnya, jika BAN kadar SGPT adalah 65 unit/liter (u/l), kenaikan akibat bermain sepakbola lazimnya tak sampai dua kali lipat.<br />
<br />
Jika kadarnya melampaui dua kali lipat, ini pertanda mulai menyalanya lampu merah yang harus diwaspadai. Jangan “sakit hati” jika dokter curiga kita mengidap sakit hati. BAN sendiri bisa berbeda antarlaboratorium. Jika pernah tes darah di dua laboratorium yang berbeda, dan mendapatkan BAN yang berbeda, Anda tak perlu heran.<br />
<br />
“Batas atas normal tergantung pada reagen dan alat yang digunakan,” jelas Rino. Di rumah sakit tertentu, BAN kadar SGPT bisa 40 u/l, tapi di klinik lain bisa 65 u/l. Ini hanya masalah teknis pemeriksaan. itu sebabnya, kita tak bisa menyatakan tinggi rendahnya SGOT-SGPT dari angka absolut, tetapi dari nilai relatif (dibandingkan dengan BAN).<br />
<br />
Bunuh diri terencana<br />
<br />
Sebagaimana organ lain, hati punya mekanisme pertahanan diri. Ketika diserang virus, ia berusaha melawan. Jika kalah, ia punya dua pilihan: berjuang sampai akhir hayat atau bunuh diri. Pada hepatitis A dan B, hati mengambil pilihan pertama, berjuang sampai mati.<br />
<br />
Begitu sel-sel liver mati, dindingnya jebol. dan akhirnya hati mengalami peradangan. Kondisi ini menyebabkan naiknya kadar SGOT-SGPT di dalam darah. Karena kadarnya meningkat, dokter lebih mudah mendiagnosis.<br />
<br />
Namun pada hepatitis C, urusannya lebih kompleks. Tak semua sel hati merespons kekalahan dengan tetap berjuang sampai mati. Sebagian yang lain bunuh diri secara terencana. Dalam istilah kedokteran itu disebut apotosis (programmed cell death). Acara bunuh diri ini bukan tanpa tujuan. Dengan bunuh diri, sel-sel liver berusaha “membunuh” virus secara tidak langsung.<br />
<br />
Salah satu kelemahan virus yaitu tidak punya mekanisme sendiri dalam berkembang biak. Mereka beranak pinak dengan cara memanfaatkan mekanisme hidup sel makhluk hidup lainnya. Dalam kasus hepatitis, sel yang ditumpangi adalah sel-sel liver. Dengan bunuh diri, sel liver berusaha membuat virus tak bisa berkembang biak.<br />
<br />
Karena bunuh diri, sel-sel hati tidak pecah, tapi menciut. Yang terjadi selanjutnya bukan proses peradangan, melainkan pengerutan. Karena liver tak meradang, kadar SGPT pun tak terpengaruh. Itulah yang menyebabkan penderita hepatitis C bisa memiliki kadar SGPT normal, meskipun sebenarnya ia telah menderita penyakit kronis.<br />
<br />
Itu pula yang membuat dokter harus berulang-ulang membetulkan letak kacamata, karena sulit menegakkan diagnosis.<br />
<br />
Perlu tes lain<br />
<br />
Menurut Rino, SGOT-SGPT hanya menggambarkan tingkat kerusakan sel hati. Kedua enzim lain itu tak bisa menggambarkan tingkat kemampuan sel hati untuk meregenerasi diri. Dalam kondisi normal, sel-sel tubuh memiliki kemampuan regenerasi. Jika rusak, mereka akan menggantinya dengan sel-sel baru. Kemampuan regenerasi inilah yang akan mengimbangi kerusakan sel.<br />
<br />
Hal itulah yang tidak tergambar dari hasil tes SGOT-SGPT. Bisa saja seseorang mengalami kenaikan SGOT-SGPT hingga di atas normal, tapi sebetulnya liver tidak dalam kondisi sakit, karena sel yang telah mati segera diganti oleh sel baru.<br />
<br />
Meski kenaikan SGOT-SGPT bisa disebabkan banyak faktor, Rino menandaskan, peningkatan keduanya harus tetap diwaspadai. Sepanjang masih punya dua mata, kita tak boleh memandangnya dengan sebelah mata. Meski hanya sedikit di atas normal pun, penyebabnya harus ditelusuri, sampai yakin memang tidak ada penyakit yang menyerang. Kadar di atas normal jadi pertanda kita harus mencurigai adanya gangguan pada hati.<br />
<br />
Pada hepatitis C, jika SGPT sampai dua kali lipat dari BAN, para hepatolog sepakat untuk mengambil tindakan terapi. Untuk kasus SGPT normal atau sedikit di atas BAN, terjadi perbedaan mazhab. Mazhab pertama mengharuskan terapi segera. Mazhab kedua, pasien harus dipantau secara ketat sebelum diterapi.<br />
<br />
Selama masa pemantauan itu, pasien harus 4 - 5 kali pergi ke laboratorium untuk menjalani tes fungsi hati tiap 1 - 2 bulan sekali. Tes fungsi hati di sini bukan hanya tes SGOT dan SGPT. Ada banyak komponen kimia darah lain yang perlu diperiksa. Untuk memastikan, dokter perlu melakukan biopsi. Secuplik sampel jaringan diambil dari liver untuk diperiksa lewat mikroskop.<br />
<br />
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan nilai normal, pasien boleh sedikit lega hati. Ia hanya perlu kontrol setahun lagi. Namun, jika rangkaian pemeriksaan menunjukkan pasien telah sakit hati, ia harus berbesar hati untuk menjalani terapi.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Minum Jamu Pun Ada Aturannya<br />
<br />
Sudah menjadi kelaziman di masyarakat kita, salah satu upaya menurunkan SGOT-SGPT dilakukan dengan minum jamu. Menurut Rino, persoalan jamu ini cukup dilematis. Di satu sisi, pasien berhak minum jamu atas kehendak sendiri. Namun di sisi lain, jamu bisa mengganggu interpretasi dokter dalam menegakkan diagnosis.<br />
<br />
Jamu-jamu tertentu memang terbukti bisa menurunkan kadar SGOT-SGPT. Jika kenaikan SGOT-SGPT hanya bersifat sementara, minum jamu tak akan menimbulkan masalah. Problem akan muncul jika kenaikan SGOT-SGPT memang disebabkan oleh penyakit liver yang masih malu-malu untuk membuka identitas. Dalam keadaan itu, jamu bisa menimbulkan efek masking. SGOT-SGPT turun, tapi sebetulnya proses perusakan liver terus terjadi.<br />
<br />
Bila kadar SGOT turun, dokter mungkin akan menganggap pasien sehat-sehat saja. Padahal, mungkin ia telah menderita penyakit kronis. Akibatnya pasien tidak mendapat terapi yang diperlukan. Hal itu akan merugikan si pasien sendiri.<br />
<br />
Jalan tengahnya, Rino menyarankan agar pasien memberi tahu dokter ketika minum jamu. Dengan begitu, proses diagnosis tak terganggu. Selain itu, Rino juga menyarankan pasien mengurangi aktivitas fisik yang berat. Jika ada undangan bermain futsal, misalnya, lupakan saja untuk sementara. *** </span><br />
<br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="color: red; text-align: justify;"><a href="http://www.eco-washball.com/?a_aid=2kangsapoe&a_bid=6e016497">MENCEGAH KANKER HATI ATAU SAKIT LIVER</a> </div><div style="color: red; text-align: justify;"><br />
</div>Penyebab utama kerusakan hati/liver adalah :<br />
1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang.<br />
2. Tidak buang air besar pada pagi hari.<br />
3. Pola makan yang terlalu berlebihan<br />
4. Tidak makan pagi.<br />
5. Terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan.<br />
6. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna, pemanis buatan.<br />
7. Penggunaan minyak goreng yang tidak sehat. Masakan yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan.<br />
8. Mengkonsumsi masakan mentah atau dimasak matang 3-5 bagian.<br />
<br />
Kita harus melakukan pencegahan dengan tanpa mengeluarkan biaya tambahan. Cukup atur gaya hidup dan pola makan sehari-hari. Perawatan dari pola makan dan kondisi waktu sangat diperlukan agar tubuh kita dapat melakukan penyerapan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna sesuai dengan “jadwalnya “..<br />
<br />
Sebab :<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Jam 21.00 – 23.00 adalah pembuangan zat-zat tidak berguna/beracun( de-toxin) dibagian system antibody (kelenjar getah bening). </div><div style="text-align: justify;">Jam 23.00 – 01.00 adalah saat proses de-toxin dibagian hati, harus berlangsung dalam kondisi tidur pulas. </div><div style="text-align: justify;">Dini hari 01.00 - 03.00 adalah proses de-toxin dibagian empedu, juga berlangsung dalam kondisi tidur pulas.</div><div style="text-align: justify;">Jam 03.00 – 05.00 adalah de-toxin dibagian paru-paru, sebab itu akan terjadi batuk yang hebat bagi penderita batuk selama durasi waktu ini. </div><div style="text-align: justify;">Jam 05.00 – 07.00 adalah de-toxin di bagian usus besar, harus buang air besar.</div>Jam 07.00 – 09.00 adalah waktu penyerapan gizi makanan bagi usus kecil, harus makan pagi.<br />
<br />
Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang akan mengacaukan proses pembuangan zat-zat yang tidak berguna. Selain itu, dari tengah malam hingga pukul 4 dini hari adalah waktu bagi sumsum tulang belakang untuk memproduksi darah. Sebab itulah, <b>Tidurlah Nyenyak dan Jangan Begadang.</b></div><div class="snap_preview" style="text-align: justify;"></div><h1 class="subject" style="text-align: justify;"><a href="http://www.eco-washball.com/?a_aid=2kangsapoe&a_bid=6e016497">Pernah sakit liver,ciri sakit liver kambuh?</a></h1>CIRI2 KAMBUHNYA SAKIT LIVER, berbeda satu dengan lain orang. Umumnya kencing berwarna gelap<br />
dan badan terasa sehat tidak capek, akan tetapi mata kok mengantuk.<br />
<br />
Sebenarnya Lebih baik anda mengetahui jenis penyakit liver yang pernah di derita. Apakah karena Virus A/B atau C. Dari sini baru kita bisa mengatur DIET sesuai pola penyakitnya.</div><div class="entry" style="text-align: justify;"></div><div class="entry">Liver merupakan organ tubuh kita yg unik.ia termasuk organ yg bekerja plg keras namun bisa memperbaiki dirinya sdri. ia tidak akan menunjukkan gejala yg sgt jelas bila sakitnya masih masih sekitar 60-70% saja, karena penderita seperti masih sehat-sehat saja. Bila sudah sgt berat barulah penderita menyadari ia sakit krn livernya sudah tidak tahan lagi..<br />
Untuk jelasnya, sebaiknya anda periksa ke lab, bila memang liver anda sakit lagi, kali ini anda harus serius menanganinya. Lakukan gaya hidup sehat mulai sekarang. Hindari rokok, minuman alkohol, begadang, makanan yg kurang bersih. Dan Minum vitamin yg mendukung fungsi liver Anda.</div><div class="entry"></div><div class="entry"><br />
<h2 class="title"><a href="http://www.eco-washball.com/?a_aid=2kangsapoe&a_bid=6e016497">Terapi Jus Sakit Liver</a></h2>Sakit liver (hati) dapat disembuhkan dengan menggunakan terapi jus wortel, jus bit, jus <a href="http://khasiatbuah.com/buah-mentimun.htm" onclick="javascript:pageTracker._trackPageview('/outbound/article/khasiatbuah.com');" title="mentimun">mentimun</a>, jus bayam, jus kelapa, jus celery, dan jus peterselli. Aturan terapinya adalah sebagai berikut: 1 gelas jus wortel, 1/3 gelas jus bit, dan 1/3 gelas jus mentimun diminum pada pagi hari; 1 gelas jus wortel dan 1/2 gelas jus bayam diminum pada siang hari; 1 gelas jus wortel, 1/3 gelas jus bit, dan 1/4 gelas jus kelapa diminum pada sore hari; 1 gelas jus wortel, 1/2 gelas jus celery, dan 1/4 gelas jus peterselli diminum pada malam hari. Sebagai pelengkap, minum 1 gelas jus wortel sebelum tidur. Apabila dilakukan secara teratur, niscaya sakit liver dapat terobati. Selamat mencoba!<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqnLNqR7_L1s-yRgjDg0zYBuE78KW58goGvEWeMXRNwnZNmM4xioSfO4JdgE0dN37YGokjHMIX8N_xlFjqDp3BbhQB1NqQstGKKpTZx1dotF9-iij0UsoBMB6k1jcQmUsYI5jBELaeoLQ/s1600/COKELAT.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqnLNqR7_L1s-yRgjDg0zYBuE78KW58goGvEWeMXRNwnZNmM4xioSfO4JdgE0dN37YGokjHMIX8N_xlFjqDp3BbhQB1NqQstGKKpTZx1dotF9-iij0UsoBMB6k1jcQmUsYI5jBELaeoLQ/s320/COKELAT.jpg" /></a></div><br />
<a href="http://www.eco-washball.com/?a_aid=2kangsapoe&a_bid=6e016497"><span style="color: red; font-size: large;"></span></a><span style="color: red; font-size: large;"><a href="">MAKAN COKELAT OBATI SAKIT LIVER ?</a> </span><br />
<br />
Cokelat hitam dapat dijadikan obat bagi orang-orang yang menderita liver sirosis hati di masa depan, menyusul riset terbaru yang menunjukkan manfaat kesehatan potensial dari cokelat. Peneliti Spanyol hari Kamis mengatakan bahwa memakan cokelat hitam mengakhiri naiknya tekanan darah abdominal yang biasa terjadi setelah makan, yang dapat mencapai level berbahaya bagi pasien sirosis dan dalam beberapa kasus membawa pada pecahnya pembuluh darah.<br />
Antioksidan yang disebut flavanol ditemukan dalam biji cokelat dipercaya menjadi alasan mengapa cokelat baik bagi tekanan darah karena zat kimia itu membantu sel-sel urat halus dari pembuluh darah untuk mengendur dan membesar.<br />
Sebuah studi terhadap 21 pasien dengan penyakit liver tahap air menemukan mereka yang diberi makanan mencakup cokelat hitam 85 persen memiliki kenaikan lebih kecil dalam tekanan darah di liver atau tekanan di pembuluh darah, dari mereka yang diberikan cokelat putih.<br />
“Penelitian ini menunjukkan hubungan yang jelas antara mekan cokelat hitam dan tekanan di pembuluh darah dan menunjukkan kemajuan penting dalam manajemen pasien sirosis,” kata Mark Thursz, profesor hepatology di Imperial College London.<br />
Hasil ini dipresentasikan pada pertemuan tahuunan Asosiasi Eropa bagi Studi Liver di Wina dan menyusul sejumlah studi sebelumnya yang menyatakan bahwa cokelat hitam juga mendukung kesehatan jantung.<br />
Sirosis adalah luka di hati akibat kerusakan jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi hepatitis dan penyalahgunaan alkohol.<br />
<br />
<a href="http://www.eco-washball.com/?a_aid=2kangsapoe&a_bid=6e016497"><span style="color: red;"></span></a><span style="color: red;"><a href="">DIET BAGI PENDERITA SAKIT LIVER</a> </span><br />
<br />
Tujuan Diet:<br />
<ul><li>Memperbaiki jaringan hati yang rusak.</li>
<li>Mencegah kerusakan lebih lanjut.</li>
<li>Mempertahankan keadaan gizi pasien.</li>
</ul>Makanan yang dilarang:<span id="fullpost"> </span><br />
<ul><li>Sumber karbohidrat: ketan, ubi, talas, singkong.</li>
<li>Sumber protein: daging berlemak, daging/ikan/sayuran yang diawet seperti diasap, diasin, dikornet, sosis, ham, sarden, kacang merah, sele kacang, alkohol.</li>
<li>Makanan mengandung gas: kol, sawi, lobak, nangka, durian, cabe, bumbu yang mengandung garam.</li>
</ul>Makanan yang dianjurkan:<br />
<ul><li>Beras dibubur, ditim</li>
<li>Kentang direbus</li>
<li>Gula dan olahannya</li>
<li>Minyak, margarine, santan encer, daging tak berlemak.</li>
<li>Buah dan sayur yang tidak bergas.</li>
</ul>Saran:<br />
<ul><li>Olahraga teratur minimal 3x seminggu selama 30 menit. Menumis dengan minyak kacang atau margarine. Gunakan santan encer.</li>
</ul></div>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-8980541788954770432010-08-21T10:23:00.000-07:002010-08-21T10:23:41.563-07:00Tak Perlu Fobia dengan Lemak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://images.detik.com/content/2010/05/06/766/lemak-%28tvkristus%29-depan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="http://images.detik.com/content/2010/05/06/766/lemak-%28tvkristus%29-depan.jpg" width="320" /></a></div><br />
<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-alt:"Arial Rounded MT Bold";
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:blue;
mso-themecolor:hyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Lemak memang bisa bikin gemuk, tapi tak perlu sampai fobia dengan lemak apalagi sampai benar-benar menghindarinya. Kadar lemak yang tepat tetap dibutuhkan tubuh agar tetap </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125"><b><span style="color: blue; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-decoration: none;">sehat</span></b></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">.<br />
<br />
Lemak merupakan molekul-molekul alam yang tak dapat larut dalam air. Hal inilah yang menyebabkan jika orang terlalu banyak makan lemak akan menjadi gemuk.<br />
<br />
Tapi lemak juga berfungsi sebagai sumber tenaga, membantu penyerapan vitamin dan pertumbuhan sel. Maka jumlah lemak yang tepat tetap dibutuhkan oleh tubuh.<br />
<br />
"Zaman sekarang lemak memiliki konotasi negatif, sehingga banyak orang yang fobia untuk memakannya. Tapi ini adalah pendekatan yang salah," ujar dr Ratna Djuwita Hatma, MPH, perwakilan dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), dalam acara Workshop bertajuk 'Pentingnya Peran Lemak Esensial Bagi Tumbuh Kembang Anak' di Menteng, Jakarta, Kamis (6/5/2010).<br />
<br />
Menurut dr Ratna, tubuh memerlukan makanan dengan komposisi seimbang, termasuk juga lemak. Komposisi seimbang yang dimaksudkan yaitu karbohidrat sebesar 50-60 persen, protein 15-20 persen, lemak 30 persen, vitamin A, B1 B2, B3, B6, B9, B12, D, E dan mineral.<br />
<br />
Nah, ternyata lemak yang dibutuhkan oleh tubuh adalah sebesar 30 persen. Kadar 30 persen ini harus terdiri dari 3 jenis lemak, yaitu <i>saturated fatty acid</i> (lemak jenuh atau SAFA), <i>monounsaturated fats acid</i> (lemak tak jenuh ikatan tunggal atau MUFA) dan <i>polyunsaturated fatty acid</i> (lemak tak jenuh ikatan ganda atau PUFA).<br />
<br />
Dari 30 persen itu, kadar masing-masing lemak harus seimbang. SAFA dibutuhkan sebesar 7-10 persen dari kebutuhan lemak, MUFA sebesar 12 persen dan PUFA 10 persen. Atau dengan rasio kasar perbandingannya adalah 1:1:1.<br />
<br />
"Namun, yang menjadi masalah adalah konsumsi lemak jahat SAFA pada masyarakat Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemak lainnya," ujar dokter yang juga dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.<br />
<br />
Menurut dr Ratna, kebanyakan masyakat Indonesia salah mengonsumsi lemak. Rasio antara SAFA, MUFA, dan PUFA bisa mencapai 4:1:1.<br />
<br />
Hal inilah yang berbahaya bagi kesehatan, karena SAFA merupakan lemak jahat yang bila berlebihan bisa menyebabkan berbagai macam penyakit terutama yang berkaitan dengan kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan hiperkolesterol.<br />
<br />
Seperti dilansir dari<i> healthcastle</i>, lemak jenuh atau SAFA banyak terdapat dalam makanan seperti daging merah, susu kaya lemak, telur, dan segala macam makanan yang digoreng.<br />
<br />
Sedangkan lemak tak jenuh ikatan tunggal atau MUFA banyak terdapat pada kacang-kacangan seperti kacang tanah, walnut, almon, alpukat dan minyak zaitu.<br />
<br />
Dan lemak tak jenuh ikatan ganda atau PUFA banyak terdapat pada ikan laut dalam seperti salmon, tuna, tenggiri, dan kakap, minyak sayur yang tidak dipanaskan terlalu tinggi, kacang-kacangan, tempe, tahu, tauge, minyak kelapa, dan alpukat.<br />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--></span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-3045391453699240262010-08-21T10:21:00.000-07:002010-08-21T10:21:31.405-07:00Penderita Diabetes Jangan Makan Buah yang Di-juice<u><a href="http://www.blogger.com/goog_1771393760"></a></u><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><u><a href="http://www.blogger.com/goog_1771393760" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="http://images.detik.com/content/2010/05/06/766/jus-depan-healthy-temple.jpg" width="320" /><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link></a></u></div><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-alt:"Arial Rounded MT Bold";
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style> <![endif]--><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Penderita penyakit diabetes militus (DM) boleh-boleh saja mengonsumsi buah-buahan. Namun, sebaiknya buah-buahan tersebut tidak dikonsumsi dalam bentuk<i> </i>juice.<br />
<br />
"Masalahnya sekarang ini banyak yang 'memindahkan' buah menjadi juice. Nah, buah apa pun itu, kalau dibuat juice akan meningkatkan glukosa darah," kata Ketua Tim<br />
Dokter Kepresidenan, Dr Aris Wibudi.<br />
<br />
Hal itu disampaikan dia dalam ceramah kesehatan dengan tema 'Mungkinkah Hidup Tanpa Diabetes dan Bahagia Bersama Diabetes' di Kantor Wakil Presiden, Jl Medan<br />
Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (6/4/2010). Ibu Herawati Boediono juga hadir dalam acara ini.<br />
<br />
Aris menyebutkan aneka buah yang aman dimakan oleh penderita penyakit gula darah tinggi. Aman dalam arti tidak meningkatkan kadar gula dalam darah. Buah-buahan tersebut misalnya belimbing, jambu merah, jambu air, pepaya, semangka, dan jeruk.<br />
<br />
"Pisang itu sedikit tinggi, tapi tidak perlu terlalu khawatir," jelas pria yang berpangkat Brigjen ini.<br />
<br />
Lebih dari itu, lanjutnya, penderita diabetes harus mengatur pola makan dengan </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125"><b><span style="color: blue; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-decoration: none;">sehat</span></b></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">. Bila akan mengonsumsi makanan kemasan, ia mengimbau agar konsumen melihat daftar nutrisi yang ada di dalamnya.<br />
<br />
Beberapa makanan, menurut Aris, memang dianjurkan untuk tidak dimakan. Namun, makanan tersebut dapat dimodifikasi komposisinya sehingga 'aman'.<br />
<br />
"Orang diabetes itu nggak boleh sengsara. Ternyata kita bisa memodifikasi makanan. Jadi diakali. Supaya kadar gula tidak tinggi dikasih agar-agar misalnya," pungkasnya.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-6029032713192899882010-08-21T10:18:00.000-07:002010-08-21T10:18:06.360-07:00Banyak Makan Pisang Bikin Susah BAB<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://images.detik.com/content/2010/05/06/766/pisang-depan-sheknows.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="http://images.detik.com/content/2010/05/06/766/pisang-depan-sheknows.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-alt:"Arial Rounded MT Bold";
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Selama ini orang berpikir makan pisang dapat membantu proses detoksifikasi dalam tubuh. Tapi banyak makan pisang bisa susah BAB. Cukup makan 2 buah pisang per hari.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Pisang merupakan salah satu buah yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Tapi ternyata terlalu banyak mengonsumsi pisang bisa menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk buang air besar (BAB).</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Beberapa makanan ada yang bisa berfungsi sebagai pencahar seperti kacang-kacangan, sayuran, rumput laut, kacang hijau, wortel, kacang merah kacang polong dan makanan lain yang mengandung banyak serat. Tapi beberapa makanan lain juga bisa membuat seseorang menjadi sulit untuk buang air besar.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Seperti dikutip dari <i>Healthmad</i>, Kamis (6/5/2010) beberapa makanan yang mengandung kadar lemak dan gula yang tinggi bisa menyebabkan sembelit atau susah buang air besar, salah satunya adalah pisang yang mengandung 3 jenis gula yaitu glukosa, sukrosa dan fruktosa.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kondisi susah buang air besar ini terkadang dapat menyakitkan bagi orang tersebut saat ingin buang air besar.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Selama ini orang berpikir bahwa makan pisang dapat membantu memfasilitasi proses detoksifikasi atau pembersihan kotoran-kotoran dalam tubuh.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Tapi pada kenyataannya pisang tidak membantu proses tersebut, karena makanan yang mengandung banyak serat kasar seperti sayuran dan buah yang bisa membantu proses detoksifikasi atau pembersihan tersebut.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Sebenarnya pisang juga mengandung bahan yang diidentifikasi sebagai pektin dan merupakan sumber serat dalam pisang. Mengonsumsi satu pisang bisa menyumbangkan 15 persen dari keseluruhan asupan serat yang dibutuhkan oleh tubuh. </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kematangan dari pisang juga menentukan apakah pisang yang dikonsumsi bisa menyebabkan sembelit atau tidak.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Kalium yang terdapat dalam buah pisang matang bisa membantu meringankan kondisi diare karena berfungsi sebagai pengganti elektrolit yang dibutuhkan oleh tubuh, sedangkan fruktooligosakarida yang ditemukan dalam pisang bisa menghambat fermentasi pisang di dalam saluran usus dan membantu mencegah sembelit untuk beberapa kasus tertentu.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Tapi jika pisang yang dikonsumsi belum matang, justru bisa menyebabkan kesulitan buang air besar (BAB) atau sembelit. Pisang yang masih mentah akan jauh lebih sulit dicerna oleh tubuh serta terasa pahit karena mengandung tanin.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Selain itu pisang jenis ini juga mengandung pati yang banyak sehingga berkontribusi terhadap kondisi sembelit.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Sebaiknya seseorang tidak mengonsumsi lebih dari dua pisang per harinya, hal ini direkomendasikan untuk menjaga agar pergerakan usus besarnya tetap </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Calibri","serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125"><b><span style="color: blue; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; text-decoration: none;">sehat</span></b></a></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">. Mulailah dengan konsumsi satu pisang per hari untuk mengetahui apakah hal tersebut mempengaruhi sistem pencernaan atau tidak.</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div><div style="text-align: justify;"><m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></div>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-42719620888764259112010-08-21T10:16:00.001-07:002010-08-21T10:16:46.458-07:00Belajar Sambil Tidur Meningkatkan Daya Ingat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://images.detik.com/content/2010/05/07/766/sound-asleep-%28devicedaily%29-depan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="http://images.detik.com/content/2010/05/07/766/sound-asleep-%28devicedaily%29-depan.jpg" width="320" /></a></div><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-alt:"Arial Rounded MT Bold";
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style><b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Chicago,</span></b><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Siswa yang malas mungkin sekarang punya banyak alasan untuk dapat tidur lama. Studi terbaru menemukan mendengarkan suara-suara tertentu seperti bahan kuliah saat tidur dapat meningkatkan daya ingat.<br />
<br />
Bahkan, untuk memanfaatkan hasil temuan ini, sekarang telah diproduksi bantal yang dilengkapi dengan speaker sehingga orang bisa tidur sambil mendengarkan musik atau bahan kuliah.<br />
<br />
Hasil studi yang telah diterbitkan dalam jurnal<i> Science</i> ini, menyimpulkan bahwa memori yang dikonsolidasikan pada saat tidur dapat mempengaruhi daya ingat sehingga orang dapat menghapal lebih kuat.<br />
<br />
Penelitian yang dilakukan ilmuwan di Northwestern University di Chicago ini, meneliti sekelompok siswa untuk melihat 50 objek yang semuanya dipasangkan dengan lokasi tertentu di layar komputer.<br />
<br />
Peneliti kemudian meminta partisipan untuk berbaring. Ketika partisipan tidur, suara-suara yang merupakan setengah dari objek yang digunakan itu diperdengarkan.<br />
<br />
Pada saat diuji, siswa-siswa tersebut ternyata lebih mampu menempatkan objek-objek yang mereka dengar selama tidur ketimbang objek-objek yang mereka lihat saat terjaga.<br />
<br />
"Siswa dapat belajar sambil beristirahat," ujar Jamie Moryoussef, direktur manager Sound Asleep yang memproduksi bantal speaker baru seharga sekitar 270 ribu rupiah, seperti dilansir dari <i>Telegraph</i>, Jumat (7/5/2010).<br />
<br />
Orang pertama yang meningkatkan teori belajar saat tidur adalah Aldous Huxley, seorang penulis yang menyebut teori ini sebagai 'hypnopaedia' dalam novelnya Brave New World.<br />
<br />
Teori ini memang jauh dari yang diakui secara universal. Karena para kritikus mengatakan bahwa suara yang diperdengarkan pada malam hari akan mencegah orang tidur nyenyak, padahal tidur nyenyak dapat membantu otak menyimpan informasi lebih efisien.<br />
<br />
Sedangkan studi lain menemukan bahwa arus listrik yang melalui otak saat tidur dapat pula meningkatkan daya ingat.<br />
<br />
Beberapa psikiater percaya bahwa orang dapat memanipulasi otak mereka dengan proses 'mimpi yang jelas', yang memungkinkan orang tidur untuk mengulang kegiatan dengan manfaat yang tidak berubah pada saat mereka bangun.<br />
<br />
</span></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-31478756546691031272010-08-21T10:15:00.000-07:002010-08-21T10:15:04.490-07:00Penyebab Hilangnya Nafsu Makan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://images.detik.com/content/2010/05/10/766/tak-nafsu-makan-%28suddenweightloss%29-depan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="http://images.detik.com/content/2010/05/10/766/tak-nafsu-makan-%28suddenweightloss%29-depan.jpg" width="320" /></a></div><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-alt:"Arial Rounded MT Bold";
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:590166474;
mso-list-template-ids:1864955224;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:1613629308;
mso-list-template-ids:2093522914;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2
{mso-list-id:1741633423;
mso-list-template-ids:1960767540;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3
{mso-list-id:2051756465;
mso-list-template-ids:-1836137218;}
@list l3:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hilang nafsu makan umumnya dialami orang sakit. Tapi hilang nafsu makan tak melulu karena sakit bisa juga akibat efek samping beberapa obat termasuk gangguan makan karena ingin menaikkan atau menurunkan berat badan.<br />
<br />
Padahal nafsu makan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Tapi kondisi tertentu kadang membuat orang kehilangan nafsu makannya.<br />
<br />
Nafsu makan merupakan sistem regulasi yang kompleks, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi tubuh. Banyak faktor yang terlibat dalam menciptakan dan mempertahankan nafsu makan untuk berat badan ideal.<br />
<br />
Masalah nafsu makan dapat berupa kelebihan nafsu makan (<i>hyperphagia</i>) dan kekurangan nafsu makan (<i>anoreksia</i>) yang menyebabkan kenaikan dan penurunan berat badan yang cepat.<br />
<br />
Hilang nafsu makan alias<i> anoreksia</i> kadang sering digunakan untuk menunjukkan istilah gangguan makan. <i>Anoreksia</i> adalah menurunnya keinginan, sensasi atau rangsangan untuk makan.<br />
<br />
Hal ini bisa disebabkan oleh gejala penyakit, gangguan atau kondisi yang mungkin memerlukan perhatian medis yang mencegah sistem pembuangan dari tubuh.<br />
<br />
Yang tak bisa dipisahkan dari masalah hilangnya nafsu makan adalah sistem percernaan. Seperti dilansir dari <i>Healthblurbs</i>, Senin (10/5/2010), beberapa masalah pencernaan yang menyebabkan hilangnya nafsu makan yaitu:<o:p></o:p></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Maag<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Radang perut<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Divertikulitis (radang atau infeksi satu atau lebih divertikula dalam saluran pencernaan)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penyakit Crohn<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sindrom iritasi usus<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kolitis ulseratif (luka atau peradangan pada usus besar)<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Infeksi juga dapat menyebabkan orang tidak lapar dan kehilangan nafsu makan. infeksi yang menyebabkan hilangnya nafus makan bisa merupakan penyakit akut atau penyakit kronis yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit atau jamur, antara lain:<o:p></o:p></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Influenza<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penyakit gondok<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sipilis<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pneumonia<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Cacar air<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Radang tenggorokan<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Demam kuning<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">HIV/AIDS<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Demam tipus<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Cacingan (akibat cacing tambang)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Keracunan makanan (E. coli enteritis)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penyakit coxsackie<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Atau bahkan disebabkan oleh penyakit-penyakit yang cukup parah seperti:<o:p></o:p></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Sirosis<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hepatitis<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Limfoma<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kelumpuhan jantung<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penyakit hati<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Radang usus buntu<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gagal ginjal<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Panyakit Addison<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Rheumatoid arthritis<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Gagal ginjal kronis<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kanker (paru-paru, hati, ginjal, ovarium, serviks, lambung, dan pankreas)<o:p></o:p></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />
Hilang nafsu makan juga disebabkan oleh efek samping beberapa obat seperti kokain, morfin, antibiotik, amfetamin, methamphetamine, obat kemoterapi, obat batuk dan hidung tersumbat (dekongestan).<br />
<br />
Beberapa kondisi psikologis, diet dan gaya hidup juga merupakan faktor terkait yang menyebabkan hilangnya nafsu makan, yaitu:<o:p></o:p></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Stres<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Depresi<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Anemia<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Alkohol<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Migrain (sakit kepala sebelah)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kekurangan vitamn B12<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kehamilan (trimester pertama)<o:p></o:p></span></li>
</ol>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-3735826755603852242010-08-21T10:13:00.000-07:002010-08-21T10:13:07.750-07:00Jangan Mati Muda Karena Perilaku Buruk<div class="separator" style="clear: both; color: black; text-align: center;"><a href="http://images.detik.com/content/2010/05/10/766/minum-alkohol-depan-telegraph.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="220" src="http://images.detik.com/content/2010/05/10/766/minum-alkohol-depan-telegraph.jpg" width="320" /><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-alt:"Arial Rounded MT Bold";
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1574193349;
mso-list-template-ids:-552591334;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></a></div><div class="MsoNormal" style="color: black; line-height: normal; margin-bottom: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><a href="http://images.detik.com/content/2010/05/10/766/minum-alkohol-depan-telegraph.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">Jika selalu berpikiran positif, maka setiap orang ingin hidup dengan usia panjang dan memiliki tubuh yang </a></span><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CGATYTC%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-alt:"Arial Rounded MT Bold";
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:auto;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","serif";
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-hansi-font-family:Calibri;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:1574193349;
mso-list-template-ids:-552591334;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Calibri","serif";}
</style> <![endif]--> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125">Jika selalu berpikiran positif, maka setiap orang ingin hidup dengan usia panjang dan memiliki tubuh yang <b>sehat</b>. Tapi tak sedikit orang yang justru menjerumuskan dirinya sendiri untuk mati muda dengan melakukan kebiasaan yang buruk.<br />
<br />
Sebagian besar orang sudah mengetahui bahwa hal-hal buruk yang dilakukannya bisa memicu kondisi kesehatan yang parah dan berujung pada kematian. Namun, meski demikian tetap saja banyak orang yang masih melakukannya.<br />
<br />
Diketahui ada beberapa kebiasaan buruk yang dapat mengurangi harapan seseorang untuk hidup atau memicu terjadinya kematian dini, yaitu merokok terutama jika sudah dimulai sejak usia dini, mengonsumsi minuman keras, kurang melakukan aktivitas fisik setidaknya kurang dari dua jam dalam seminggu dan memiliki pola makan yang buruk yaitu sedikit mengonsumsi sayur dan buah tapi banyak mengonsumsi lemak atau gula.<br />
<br />
Para peneliti dari Norwegia menemukan bahwa orang yang memiliki perilaku-perilaku fatal tersebut memungkinkan tiga kali lipat meninggal akibat penyakit jantung atau kanker.<br />
<br />
"Pola hidup seperti itu bisa meningkatkan risiko kematian empat kali lipat oleh berbagai sebab dan bisa membuat seseorang terlihat 12 tahun lebih tua dibandingkan usianya," ujar Dr Elisabeth Kvaavik, dari University of Oslo, seperti dikutip dari <i>LATimes</i>, Senin (10/5/2010).<br />
<br />
Selain itu pola hidup yang tidak <b>sehat</b> menyebabkan seseorang memiliki kadar kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes dan berbagai kondisi kesehatan lain yang dapat memicu penyakit pembuluh darah.<br />
<br />
Kebiasaan buruk yang terjadi terus menerus dapat menghancurkan kehidupan seseorang, yaitu dapat membuat ia menjadi tidak sehat, kehilangan banyak uang serta menyebabkan kematian di usia muda.<br />
<br />
Untuk mencegah hal tersebut, harus ada kesadaran dari diri orang tersebut untuk mau mengubah pola hidupnya menjadi lebih baik.<br />
<br />
Seperti dikutip dari <i>eHow</i>, Senin (10/5/2010) ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghentikan kebiasaan buruk ini, yaitu:<o:p></o:p></a></span></div><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125">Mencari tahu hal apa yang membuat Anda menikmati kebiasaan buruk tersebut dan memperhatikan mengapa sangat memanjakan kebiasaan buruk ini. Setelah diketahui penyebabnya, cobalah untuk memikirkan ulang hal tersebut dan melakukan perubahan.<o:p></o:p></a></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125">Konsisten dengan upaya yang dilakukan untuk mengubah kebiasaan buruk. Jika memiliki keinginan yang tulus untuk berubah, maka cobalah melakukan perubahan tersebut setiap harinya.<o:p></o:p></a></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125">Mempertahankah perubahan kebiasaan ini selama 3 minggu. Sebuah studi yang dilakukan beberapa tahun terakhir menunjukkan suatu kebiasaan bisa mendarah daging jika sudah dilakukan sekitar 3 minggu. Sehingga selama waktu tersebut lakukan modifikasi untuk mempertahankannya.<o:p></o:p></a></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125">Cobalah untuk memiliki pemikiran bahwa apa yang dilakukan saat ini akan jauh lebih positif dan menguntungkanbagi diri sendiri dan juga orang lain.<o:p></o:p></a></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125">Mendapat dukungan dari orang-orang disekitar saat membutuhkan. Sebisa mungkin menjauhi hal-hal yang bisa memicu kembalinya melakukan kebiasaan buruk.<o:p></o:p></a></span></li>
</ol><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=MQ==&width=250&height=125"><br />
Untuk menghindari kematian di usia muda akibat gaya hidup tak sehat, sebaiknya hindari segala kebiasaan buruk yang bisa meningkatkan risiko kematian akibat berbagai penyakit. Mulailah mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.<br />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--></a></span></div><div style="color: black;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
</span></div>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-84986810091605572302010-08-21T10:08:00.000-07:002010-08-21T10:08:50.793-07:005 Faktor Penyebab Encok<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.klikdokter.com/userfiles/sendi.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.klikdokter.com/userfiles/sendi.JPG" /></a></div><strong>Jakarta,</strong> Nyeri, sendi kaku, rasa panas, kemerahan dan bengkak pada pangkal ibu jari kaki, tumit, lutut, pergelangan kaki, tangan dan siku adalah ciri-ciri terkena encok. Kenali 5 penyebabnya agar terhindar dari encok.<br />
Encok merupakan penyakit yang disebabkan penumpukan kristal asam urat di dalam jaringan ikat, yaitu ruang antara dua tulang atau di dalam tulang itu sendiri.<br />
Penumpukan kristal ini menyebabkan peradangan artritis yang memicu pembengkakan, kemerahan, rasa panas, nyeri serta kekakuan di sendi.<br />
Asam urat yang menumpuk tersebut merupakan zat yang dihasilkan dari pemecahan purin, zat ini merupakan bagian dari semua jaringan manusia dan ditemukan pada berbagai jenis makanan.<br />
Seharusnya asam urat ini terlarut dalam darah dan melewati ginjal hingga akhirnya dikeluarkan melalui urin. Tapi jika produksi asam urat di tubuh meningkat dan ginjal tidak cukup kuat menghilangkan asam urat, maka kondisi ini memicu terjadinya hyperuricemia (peningkatan kadar asam urat dalam darah).<br />
Seperti dikutip dari <em>Medic8.com</em>, Kamis (27/5/2010) ada faktor penyebab encok yaitu:<br />
<ol><li>Kelebihan berat badan. Hal ini karena terdapat lebih banyak jaringan yang bisa pecah atau berganti sehingga memicu meningkatnya produksi asam urat.</li>
<li>Terlalu banyak minum alkohol, sehingga mengganggu perjalanan asam urat untuk keluar dari tubuh.</li>
<li>Adanya gangguan pada salah satu enzim yang membantu pemecahan senyawa purin yang membuat seseorang kena encok jika makanan makanan yang mengandung purin.</li>
<li>Mengonsumsi obat tertentu seperti salisilat, cyclosporine, levodopa atau obat diuretik.</li>
<li>Genetik kemungkinan memainkan peran, meskipun tidak terlalu besar. Karena diperkirakan sekitar 18 persen orang yang encok memiliki riwayat <a href="http://health.detik.com/index.php?fa=parserads.search&idkanal=755&keyword=Mw==&width=250&height=125" id="415aa03b590a5b7ed9292b750b481014"><strong>penyakit</strong></a> ini.</li>
</ol>Jika tubuh rentan terkena encok maka yang harus dilakukan:<br />
<ol><li>Minum banyak cairan terutama air putih, karena cairan bisa membantu menghilangkan asam urat berlebih dari dalam tubuh.</li>
<li>Menghindari makanan yang mengandung banyak purin seperti bir, minuman alkohol, teri, ikan sardin, telur ikan, ragi, hati, ginjal, kacang-kacangan (kacang polong, melinjo), ekstrak daging, kaldu, jamur, asparagus, bayam dan kembang kol.</li>
<li>Menjaa berat badan dengan berolahraga secara teratur.</li>
<li>Jangan melakukan diet secara ekstrim, karena hal ini juga bisa meningkatkan kadar asam urat dalam darah.</li>
<li>Memberitahu dokter semua obat dan vitamin yang dikonsumsi untuk mencegah peningkatan risiko hyperuricemia dari obat-obatan yang diminum.</li>
</ol>Encok sering disebut asam urat, tapi penyakit ini berbeda dengan rematik. Karena encok terkait dengan gangguan metabolisme pengeluaran kadar asam urat dalam darah yang tersumbat menjadi kristal. Sedangkan rematik adalah penyakit sendi karena adanya gangguan autoimun yang berlangsung lama.TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-45331079120697029382010-08-21T10:05:00.000-07:002010-08-21T10:05:00.772-07:00Cantik dan Sehat dengan Lidah Buaya oleh Prof HM Hembing Wijayakusuma<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.noghtenazar2.info/wp-content/uploads/2009/12/lidah-buaya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.noghtenazar2.info/wp-content/uploads/2009/12/lidah-buaya.jpg" /></a></div><br />
Saat ini pemafaatan tanaman berkhasiat obat sudah menjadi bagian dari pengobatan tradisional masyarakat dunia yang bersifat efektif, efisien dan aman, dan ekonomis. Hal ini sejalan dengan himbauan dari organisasi kesehatan dunia (WHO) dengan gerakan “Back to Nature”.<br />
Salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan untuk pengobatan yaitu tanaman lidah buaya. Tanaman lidah buaya (Aloe vera 1.) merupakan tanaman yang dikenal sebagai tanaman hias dan banyak dijumpai dilingkungan sekitar serta tanaman yang sudah tak asing lagi dan telah banyak dimanfaatkan untuk pengobatan saat ini lidah buaya telah diolah dalam bentuk lotion, liquid, tablet, kapsul, jus, untuk dijadikan masakan atau lainnya.<br />
Tanaman ini banyak tumbuh di daerah berhawa panas. Mengingat tanaman lidah buaya cukup mudah didapat dan terbukti memiliki khasiat untuk kecantikan dan kesehatan. Alangkah baiknya jika memanfaatkannya untuk berbagai kebutuhan dalam pengobatan tradisional yang merupakan warisan nenek moyang. Pemanfaatan tanaman berkhasiat obat seperti lidah buaya saat ini sangatlah tepat, karena saat ini masyarakat sedang mengalami kesulitan ekonomi akibat terjadinya krisis moneter dan ekonomi dan imbasnya mengenai berbagai sektor kahidupan termasiuk sektor kesehatan.<br />
Lidah buaya mengandung aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloeomodin, aloenin, aloesin dan lain-lain. Sedangkan khasiat lidah buaya antara lain: menyuburkan dan menghitamkan rambut, sebagai pembersih muka, mengatasi jerawat, mengatasi flek hitam, mengatasi ambeien, rematik, diabetes, dan lain lain. Pemanfaatan lidah buaya antara lain sebagai berikut:<br />
Mengatasi Jerawat Daun lidah buaya secukupnya dikupas kulit luarnya dan daunnya, kemudian dijus. Tambahkan bubuk sambiloto dan tepung bedak beras dingin masing-masing secukupnya, aduk hingga rata lalu gunakan sebagai masker pada wajah. Diamkan selama 30 menit lalu bilas dengan air hingga bersih. Lakukan secara teratur.<br />
Menghilangkan Garis Putih Pada Dahi Lidah buaya secukupnya yang telah dibersihkan duri dan kulitnya lalu dijus, tambahkan putih telur secukupnya. Setelah itu, maskerkan pada dahi yang terdapat garis-garis putih tersebut hingga kering lalu dibersihkan dengan air.<br />
Menyuburkan Rambut<br />
Lidah buaya segar secukupnya dibelah, diambil bagian dalamnya, lalu digosokkan pada kulit kepala sesudah mandi sore. Setelah itu, kepala dibungkus dengan kain bersih dan keesokan harinya rambut dicuci. Lakukan secara teratur.<br />
Mengatasi Ambeien<br />
* Lidah buaya secukupnya diparut atau dijus, tambahkan « gelas air matang dan 2 sendok madu, lalu diaduk dan disaring, kemudian diminum.<br />
* Lidah buaya secukupnya dijus, lalu dicampur dan diaduk dengan norit secukupnya<br />
dan bubuk gambir secukupnya hingga rata kemudian dioleskan pada ambeien.<br />
Mengatasi Rematik<br />
* Sebanyak 60 gr lidah buaya yang telah dibersihkan kulit dan durinya lalu dijus, kemudian dicampur 30 gr jahe dan gula merah atau gula pasir secukupnya. Selanjutnya direbus dengan air secukupnya hingga tersisa 1 gelas. Setelah itu, diminum. Lakukan secara teratur.<br />
* Untuk penderita diabetes, bahan-bahan tersebut ini dapat ditambahkan buah pare dan gula merah atau gula putih.<br />
Khasiat Lidah Buaya (Aloe Vera 1.):<br />
Khasiat<br />
- kencing manis<br />
- buang iar kecil mengandung darah<br />
- hipertensi<br />
- antikanker<br />
- batu empedu<br />
- muntah darah<br />
- sakit kepala<br />
- pusing<br />
- influensa<br />
- tukak lambung, sakit lambung<br />
- radang lambung dan usus<br />
- radang tenggorokan<br />
- radang amandel<br />
- radang hidung<br />
- radang telinga<br />
- radang gusi, radang rongga mulut<br />
- batuk rejan<br />
- wasir<br />
- sembelit<br />
- peluruh haid<br />
- nyeri saraf<br />
- mabuk kendaraan<br />
- luka terpukul<br />
- luka dalam<br />
- cacingan<br />
- kejang pada anak<br />
Beberapa Zat Kandungan Lidah Buaya<br />
*Antakuinon Dan Kuinon Memiliki efek menghilangkan rasa sakit (analgetik) dan<br />
menghilangkan pusing.<br />
* Lignin/Selulosa Dalam gel lidah buaya mampu menembus dan meresap ke dalam kulit, menahan hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit, sehingga kulit tidak cepat kering serta terjaga kelembabannya.<br />
* Acetylated Mannose Merupakan imunositimulan yang kuat, yang berfungsi meningkatkan fungsi fagositik dari sel makrofag, respon sel T terhadap patogen serta produksi interferon dan zat kimia yang meningkatkan sistem imun untuk menstimulasi atau merangsang antibody.<br />
* Gel/Lendir Lidah Buaya Mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan luka, luka bakar, borok/eksim, memberikan lapisan pelindung pada bagian yang rusak dan mempercepat tingkat penyembuhan. Reaksi tersebut karena adanya Aloectin B yang menstimulasi sistem immun.<br />
* Aloin, Aloe-Emodin Menyebabkan usus besar berkonstraksi/mengkerut sehingga bersifat sebagai pencahar yang kuat (laxative). Umumnya terjadi pengeluaran feses/buang air besar setelah 8-12 jam pengkonsumsian.<br />
Dan lain-lain.<br />
Pemakaian luar:<br />
- luka terbakar<br />
- luka tersiram air panas<br />
- eksim/borok<br />
- bisul<br />
- digigit serangga<br />
- mengembalikan jaringan kulit yang tidak rata<br />
- biang keringat<br />
- kutil<br />
- mata ikan<br />
- tumit pecah-pecah<br />
- gigi berlubang<br />
- untuk kecantikan: jerawat, komedo, tahi lalat, flek hitam, rambut rontok, rambut beruban, melebatkan rambut, menghitamkan rambut. – dan lain-lain.<br />
Kandungan Kimia Lignin, sapanin, senyawa antrakuinon, vitamin, senyawa gula, enzim, asam amino, aloin, barbalon, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, aloesin, dan lain-lain.<br />
Mekanisme Kerja * Szponin: Memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik sehingga sangat efektif mengobati luka terbuka. * Alomicin: Memepunyai efek sebagai antikanker.<br />
[Prof HM Hembing Wijayakusuma adalah ahli pengobatan tradisional dan akupunktur,<br />
Ketua Umum Himpunan Pengobat Tradisional & Akupunktur se-Indonesia (Hiptri)]TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-86556510073960686482010-08-13T21:31:00.000-07:002010-08-13T21:54:56.039-07:00SEPUTAR BALITA DAN ANAK-ANAK<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu5tXe1WwMYbXoacH4tOzfxaqbsi7jzivrxFEuUVaSZmxlpM4VceHCCkh1WKwid6S0bLeAuGaWsca0TVRUFrAReZFfsFmpn2ElUV7jiyv54zml9ng4Um-NydfViX_twiI7XFo1umCfklk/s1600/BAYI+PIJAT.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="189" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu5tXe1WwMYbXoacH4tOzfxaqbsi7jzivrxFEuUVaSZmxlpM4VceHCCkh1WKwid6S0bLeAuGaWsca0TVRUFrAReZFfsFmpn2ElUV7jiyv54zml9ng4Um-NydfViX_twiI7XFo1umCfklk/s320/BAYI+PIJAT.jpg" width="320" /></a></div>Jakarta, Masa kanak-kanak terutama saat balita (bayi di bawah lima tahun) merupakan masa-masa rentan terkena berbagai macam penyakit. Seridaknya ada 10 gejala penyakit yang biasa atau umum dialami oleh balita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tapi terkadang memang tidak mudah memprediksi apa yang terjadi dengan si kecil, karena sebagian besar anak belum bisa mengungkapkan keluhan apa yang dirasakannya. Untuk itu orangtua harus cermat memperhatikan gejala apa yang biasa dialami oleh anak balita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seperti dikutip dari buku Your Baby Month by Month karangan Su Laurent dan Peter Reader, Senin (28/6/2010) yang diterbitkan Esensi, ada beberapa gejala yang umum terjadi pada balita dan kemungkinan penyebabnya, yaitu:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">1. Batuk-batuk</div><div style="text-align: justify;">Penyebab yang paling umum dari kondisi ini kemungkinan selesma, atau dikenal juga sebagai infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Selain itu ada juga penyebab lainnya seperti lendir dari hidung yang mengalir ke tenggorokan, asma, bronkiolitis, batuk rejan atau pneumonia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">2. Diare</div><div style="text-align: justify;">Balita yang mengalami diare umumnya memiliki kotoran yang encer dan berair. Diare ini bisa disebabkan oleh gastroenteritis, alergi atau tidak bisa menoleransi suatu makanan. Pada bayi di bawah usia 3 tahun (batita) terkadang diare disebabkan oleh sistem pencernaan yang belum sempurna.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">3. Sulit bernapas</div><div style="text-align: justify;">Gangguan ini umumnya terjadi pada bayi karena saluran udara yang dimilikinya masih kecil. Namun ada juga beberapa kondisi yang bisa menyebabkan bayi sulit bernapas, sepert asma, bronkiolitis atau pneumonia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">4. Sakit telinga</div><div style="text-align: justify;">Kondisi ini biasanya disebabkan oleh adanya infeksi pada telinga bagian tengah dan luar. Pada umumnya balita yang mengalami sakit telinga akan sering kali menarik-narik telinganya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">5. Menangis berlebihan</div><div style="text-align: justify;">Penyebab medis yang bisa menyebabkan bayi menangis berlebihan adalah kondisi yang mengakibatkan sakit perut, nyeri pada tulang atau adanya infeksi tulang. Secara umum bayi yang sakit cenderung akan diam dan tidak rewel.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">6. Demam</div><div style="text-align: justify;">Pada umumnya demam merupakan pertanda terjadinya infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Usaha pertama yang dilakukan jika bayi demam tinggi adalah memberinya obat penurun demam, karena demam yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kejang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">7. Kejang (konvulsi)</div><div style="text-align: justify;">Balita yang kejang adalah suatu kondisi menakutkan bagi orangtua. Namun, jika kejang terjadi akibat demam tinggi biasanya jarang berbahaya. Penyebab lain dari balita yang kejang adalah epilepsi dan kejang hari kelima, yaitu kejang tanpa ada alasan yang khusus pada bayi yang baru lahir dalam keadaan sehat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">8. Ruam</div><div style="text-align: justify;">Ruam yang timbul pada balita disebabkan oleh banyak hal, sepert penyakit infeksi, alergi, eksim dan juga infeksi kulit.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">9. Sakit perut</div><div style="text-align: justify;">Terdapat berbagai hal yang bisa memicu sakit perut pada balita, salah satu penyebab yang paling umum adalah sembelit (konstipasi) atau susah buang air besar. Sakit perut yang dialami juga bisa disebabkan oleh gastroenteritis dan juga rasa cemas berlebihan yang dialami si kecil. Jika sakit perutnya tergolong parah, maka segera konsultasikan ke dokter.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">10. Muntah</div><div style="text-align: justify;">Muntah bisa disebabkan oleh infeksi seperti gastroenteritis, infeksi saluran kemih, keracunan makanan atau masalah struktural misalnya refluks atau stenosis pilorik.<br />
<br />
<br />
<span style="color: red;">AWAS SALAH PIJAT, BISA BEREFEK NEGATIF PADA BAYI </span><br />
<br />
Si kecil yang berusia 9 bulan terjatuh. Buru-buru Moms memanggil tukang pijat dengan harapan agar si kecil tidak panas, tidak salah urat atau rewel. <br />
Ya, masih banyak orangtua yang mencari dukun/tukang pijat untuk memijat si buah hati. Alasannya, banyak manfaat yang diperoleh bila si kecil dipijat secara rutin. Sheila Hermawan, misalnya, <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="ibu">ibu</a> dari Sabrina Hermawan (2 bulan) ini melakukan pijat bayi pada dukun/tukang pijat dekat rumahnya.<br />
“Mungkin <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="anak">anak</a> saya salah urat kali ya… Maklum deh cucu pertama. Jadi semua Nenek dan Tante-nya berlomba-lomba untuk menggendongnya,” katanya.<br />
Apalagi, ia juga disarankan oleh sang <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="ibu">ibu</a> untuk memijat bayinya. “Kata Ibu saya dipijat saja, nanti Sabrina jadi tidak rewel deh,” ucap ibu satu <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="anak">anak</a> ini yang yakin dengan kemampuan si tukang pijat karena sudah diajarkan secara turun-temurun.<br />
Hati-hati Salah Pijat!<br />
Memang, pijat bayi telah diakui manfaat positifnya. Namun, penting sekali untuk Moms ketahui bahwa bila terjadi salah pijat, maka akan membawa efek negatif bagi bayi.<br />
“Perihal dukun bayi mendapat pelajaran turun-menurun, mungkin saja benar, tapi mungkin juga tidak. Kita harus lihat bagaimana dia memijat bayinya. Walaupun dilakukan dengan benar, mereka juga harus memerhatikan apa yang tidak boleh dipijat dan dalam kondisi apa tidak boleh dilakukan pemijatan pada bayi,” tegas dr. Satrio Tjondro, SpRM dari RSIA Hermina Jatinegara.<br />
Saat si Kecil Jatuh = Terjadi Perdarahan<br />
Penting ketika si kecil terjatuh, jangan sekali-kali langsung memijatnya khususnya di daerah bagian yang mengalami cedera. “Bila bayi jatuh, tak boleh langsung dipijat. Biasanya jika tidak ada kontraindikasi, tunggu sampai 2 X 24 jam baru boleh dipijat (ini berlaku juga pada orang dewasa),” terang dr. Satrio.<br />
Ini penting Moms, pasalnya ketika jatuh dan cedera, terjadi proses perdarahan dan proses peradangan. Respon inflamasi (peradangan) mungkin saat itu belum terlihat dari luar (di kulit) karena terjadinya di dalam. Pada respons inflamasi terjadi reaksi panas tubuh setempat (kalor), kemerahan pada kulit dan ada rasa nyeri. Itulah mengapa ketika jatuh si kecil akan menangis. Selain itu, pada sendi tempat di mana terjadi cedera akan terjadi fungsiolesa – fungsi sendi tersebut tidak dapat digunakan dengan baik.<br />
“Contoh, yang tadinya kakinya bisa menekuk, jadi tidak bisa menekuk lagi,” tambah dr. Satrio.<br />
Saat terjadi cedera jaringan lunak, tidak langsung terlihat kebiru-biruan di kulit, warna kebiruan terlihat setelah beberapa hari yang biasanyadisebut dengan darah mati. Jadi jika bayi terjatuh langsung dipijat, maka efeknya justru akan semakin bengkak.<br />
“Itu yang disebut efek salah pijat,” sambungnya lagi.<br />
Hati-hati Perdarahan dan Pembengkakan<br />
Kondisi-kondisi yang merupakan kontraindikasi tidak boleh dipijat, yaitu: saat cedera terjadi (cedera akut), atau terdapat infeksi seperti bisul pada area tubuh yang akan dipijat. Anak-anak atau bayi yang mempunyai penyakit dengan kecenderungan terjadi perdarahan juga merupakan kontraindikasi pemijatan.<br />
“Apalagi jika dipijat dengan cara yang kasar, mungkin akan terjadi perdarahan di jaringan lunaknya,” tegas dokter yang ramah ini.<br />
Jika Moms melihat bayi atau balita yang baru terbentur sedikit saja langsung terjadi perdarahan dan kebiruan, hati-hatilah jika inginmelakukan pemijatan. Knsultasikan dulu dengan dokter yang berkompeten dalam hal pijat bayi. Hal ini juga berlaku pada anak yang sedang mengonsumsi obat-obatan pengencer darah – penderita hemofilia.<br />
“Mereka lebih mudah terjadi kecenderungan perdarahan. Mereka perlu pengawasan khusus. Kalau pun mau dipijat, harus khusus dan hati-hati, tentu saja harus di bawah pengawasan dokter,” saran dr. Satrio.<br />
Ingat, pemijatan tidak boleh dilakukan pada area tubuh yang mengalami patah tulang.<br />
Perut Bayi Kembung, Boleh Dipijat?<br />
Salah satu tujuan pemijatan pada area perut adalah melancarkan <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/tag/sistem-pencernaan/" title="sistem pencernaan">sistem pencernaan</a> bayi. Tapi apakah perut si kecil yang terlihat kembung boleh selalu dipijat?<br />
“Ada yang boleh dipijat, ada yang tidak,” tukas dr. Satrio. Harus dicari dulu penyebab kembung pada bayi. “Jika penyebabnya akibat penyumbatan usus (ileus obstruktif), area perut tersebut sama sekali tak boleh dipijat. Jadi, tidak semua kembung bayi boleh dipijat. Kalau mau dipijat, periksakan dulu ke dokter untuk menentukan apa penyebab kembungnya,” saran ia.<br />
“Jika tidak dilakukan pemeriksaan dan ternyata terjadi penyumbatan usus, dan dilakukan pemijatan di area perut tersebut maka perut bayi akan semakin kembung dan usus semakin tidak bergerak, akhirnya terjadilah ‘mampet’ yang bisa berakibat fatal dan harus dilakukan operasi,” pungkas dr. Satrio.<br />
Jadi sekali lagi Moms, perlu dilihat indikasi dan kontraindikasi pemijatan.<br />
Perhatikan Lokasi Rawan Pijat<br />
- Pada daerah tubuh tertentu, ada lokasi di mana letak syaraf superfisial (tersembunyi dan tidak terlihat). Nah, di sini si pemijat perlu ekstra hati-hati dalam melakukan pemijatan, antara lain: syaraf peroneal yang letaknya di bagian bawah samping luar belakang lutut, syaraf ulnaris yang letaknya di siku bagian dalam (medial).<br />
- Pada penderita kanker. Pada area tubuh di mana kanker ‘bersarang’, tidak boleh dilakukan pemijatan, dikhawatirkan malah akan semakin menyebarkan kankernya.<br />
- Jika ada bekuan darah di pembuluh darah (trombosis). Pada Deep Vein Trombosis atau DVT, terjadi peradangan di pembuluh darah balik. Jika dilakukan pemijatan, trombosisnya (bekuan darahnya) dikhawatirkan lepas dan ikut aliran darah, jika trombus tersebut menyumbat pembuluh darah di jantung dapat menyebabkan kematian. Dan jika trombus tersebut menyumbat pembuluh darah di otak bisa terjadi stroke.<br />
Bila Tergelincir, Lakukan RICE, Bukan PIJAT!<br />
Jika si kecil tak sengaja “kejedut”, memar, terbentur atau keseleo, maka saat itu tak boleh dilakukan pijat sama sekali. P3K bagi kejadian trauma benda tumpul seperti kejedut ini adalah RICE (Rest, Ice massage, Compression, Elevation).<br />
Rest yaitu istirahatkan area tubuh yang cedera. Ice massage, yaitu terapi dingin dengan menggunakan es batu yang dibungkus dengan handuk tipis. Letakkan sambil digerakkan pada area tubuh yang cedera maksimal selama 5 – 10, jangan lebih! Tujuannya untuk mengecilkan pembuluh darah sehingga mengurangi terjadinya perdarahan. Jika lebih dari 10 menit, ditakutkan pembuluh darah yang telah mengecil akan melebar kembali, yang akan mengakibatkan bertambahnya perdarahan.<br />
Compression, yaitu bebat dengan verban elastis. Elevation, yaitu meninggikan area yang cedera lebih tinggi dari jantung. Arti meninggikan bukan mengangkat setinggi-tingginya, namun cukup 30 derajat lebih tinggi dari jantung. Elevation ini berguna agar jaringan tubuh yang cedera tidak makin membengkak.<br />
RICE dilakukan selama 2 X 24 jam. Setelah melewati waktu tersebut tetap harus dievaluasi apakah boleh dilakukan pemijatan atau tidak.<br />
<br />
<span style="color: red; font-size: large;">5 NUTRISI PENTING UNTUK TUMBUH KEMBANG ANAK </span><br />
<br />
Nutrisi sangat penting dalam pertumbuhan <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="anak">anak</a>. Dengan nutrisi yang baik, maka <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="anak">anak</a> Anda bisa tumbuh dengan maksimal dan sehat. Apa saja nutrisi yang dibutuhkan sang Anak? Simak di bawah ini:<br />
<strong>1. Kalsium</strong><br />
Nutrisi yang satu ini sangat penting untuk pertumbuhan tulang. Selain itu, kalsium juga menentukan kekuatan tulang sang anak.<br />
Dalam satu hari, dibutuhkan sekitar 500 miligram kalsium untuk balita berumur satu hingga tiga tahun. Sedangkan untuk anak yang berumur empat hingga delapan tahun membutuhkan 800 gram kalsium dan bagi mereka yang di atas sembilan tahun membutuhkan 1.300 miligram kalsium per harinya. Kalsium banyak terkandung di dalam bayam, keju dan juga susu.<br />
<strong>2. Magnesium</strong><br />
Magnesium bertanggung jawab atas 300 bahan kimia yang bereaksi di dalam tubuh. Magnesium akan menjaga anak Anda dari rasa gelisah dan membuat jantungnya berdetak dengan kuat dan stabil.<br />
Bayi di bawah enam bulan hanya membutuhkan 30 miligram kalsium dan meningkat menjadi 74 miligram saat bayi memasuki usia enam bulan hingga satu tahun. Bayi yang berumur satu hingga tiga tahun membutuhkan 80 miligram magnesium. Angka tersebut semakin meningkat menjadi 130 miligram per hari saat mereka memasuki usia empat hingga delapan tahun dan saat mereka memasuki usia sembilan tahun keatas, kebutuhan magnesium menjadi 240 miligram. Magnesium banyak terkandung di dalam alpukat, kacang almond dan bayam.<br />
<strong>3. Vitamin D</strong><br />
Vitamin ini menjaga fungsi sistem imun anak agar tidak mudah jatuh sakit. Selain itu vitamin D juga berperan penting dalam pertumbuhan tulang dan kekuatan anak.<br />
Akademi pediatrik di Amerika menyarankan agar anak-anak mengkonsumsi 400 miligram vitamin D setiap harinya di setiap usia. Mendapatkan vitamin D tidaklah sulit karena banyak terkadung dalam ikan dan susu.<br />
<strong>4. Vitamin E</strong><br />
Berperan besar dalam mencegah <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/tag/penyakit-kardiovaskular/" title="penyakit kardiovaskular">penyakit kardiovaskular</a> seperti jantung. Vitamin E juga menghindari infeksi mata pada anak. Manfaat lain dari vitamin E mirip dengan vitamin D, yakni meningkatkan sistem imun anak.<br />
Tidak perlu banyak-banyak mengkonsumsi vitamin E. Bayi Anda hanya butuh empat hingga lima miligram vitamin E per harinya dan meningkat menjadi 15 miligram perhari saat usianya beranjak dewasa. Anda bisa menemukan vitamin E pada kacang-kacangan. Kiwi dan brokoli juga mengandung vitamin E.<br />
<strong>5. Serat</strong><br />
Banyak anak yang sering kekurangan serat sehingga pencernaannya tidak lancar. Padahal serat berperan dalam membersihkan usus besar dan menghindari risiko <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/tag/penyakit-jantung/" title="penyakit jantung">penyakit jantung</a>.<br />
Seorang anak membutuhkan 20 hingga 26 gram serat setiap harinya. Sayangnya, kebanyakan anak hanya memenuhi setengah dari jumlah yang dibutuhkan. Sayuran menjadi makanan yang mengandung banyak serat, namun biasanya anak-anak agak sulit untuk makan sayur. Oleh karena itu, Anda bisa menggantinya dengan roti gandum, sereal atau buah<br />
<span style="color: red; font-size: large;"><span style="font-family: "Courier New",Courier,monospace;">MENGATASI KEJANG PADA BAYI DAN BALITA </span></span><br />
<br />
<strong>Kejang</strong>, baik yang disertai demam atau tidak, bisa berdampak fatal. Itulah sebabnya, setelah memberi pertolongan pertama, bawa segera si kecil ke rumah sakit. Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu tertentu tanpa bisa dikendalikan. Salah satu penyebab terjadinya kejang demam yaitu tingginya suhu badan <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="anak">anak</a>. Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step.<br />
Masalahnya, toleransi masing-masing <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="anak">anak</a> terhadap demam sangatlah bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah, maka demam pada suhu tubuh 38 C pun sudah bisa membuatnya kejang. Sementara pada anak-anak yang toleransinya normal, kejang baru dialami jika suhu badan sudah mencapai 39 C atau lebih.<br />
SEGERA BAWA KE DOKTER<br />
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, disarankan agar orang tua sesegera mungkin memberi pertolongan pertama begitu tahu si kecil mengalami kejang demam.<br />
Setelah itu,jangan tunggu waktu lagi bawa segera si kecil ke dokter atau klinik terdekat. Jangan terpaku hanya pada lamanya kejang, entah cuma beberapa detik atau sekian menit. Dengan begitu, si kecil akan mendapat penanganan lebih lanjut yang tepat dari para ahli. Biasanya dokter juga akan memberikan obat penurun panas, sekaligus membekali obat untuk mengatasi kejang dan antikejang. “Sebagai pertolongan pertama, tak usah membawanya langsung ke rumah sakit lengkap yang letaknya relatif lebih jauh karena bisa-bisa si kecil mendapat risiko yang lebih berbahaya akibat lambat mendapat pertolongan pertama.”<br />
Selain itu, jika kejang demam tidak segera mendapat penanganan semestinya, si kecil pun terancam bakal terkena retardasi mental. Pasalnya, kejang demam bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Jadi, kalau kejang itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan sel-sel yang rusak pun akan semakin banyak. Bukan tidak mungkin tingkat kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak bisa lagi berkembang secara optimal.<br />
Bahkan beberapa kasus kejang demam bisa menyebabkan epilepsi pada anak. Yang tak kalah penting, begitu anaknya terkena kejang demam, orang tua pun mesti ekstra hati-hati. Soalnya, dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang serupa atau malah yang lebih hebat berpeluang terulang kembali.<br />
Untuk mengantisipasinya, sediakanlah obat penurun panas dan obat antikejang yang telah diresep-kan dokter anak. Meski begitu, orang tua jangan kelewat khawatir. Karena dengan penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak menimbulkan gangguan fungsi otak.<br />
<div style="color: blue;">CIRI-CIRI KEJANG</div>Tentu saja dalam hal ini orang tua harus bisa membaca ciri-ciri seorang anak yang terkena kejang demam. Di antaranya:<br />
* kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang selama 5 menit . bola mata berbalik ke atas<br />
* gigi terkatup<br />
* muntah<br />
* tak jarang si anak berhenti napas sejenak.<br />
* pada beberapa kasus tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil.<br />
* pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri. Adapun intensitas waktu kejang juga sangat bervariasi, dari beberapa detik sampai puluhan menit.<br />
<div style="color: blue;">TIPS ATASI KEJANG DEMAM</div>Berikut beberapa penjelasan tentang kejang dan demam pada anak: . Suhu tubuh normal anak berkisar antara 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam bila temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37,8 C; melalui rektum 38 C, dan 37,2 C melalui ketiak.Sebelum semakin tinggi, segera beri obat penurun panas. .<br />
Orang tua jangan begitu gampang mengatakan seorang anak demam atau tidak hanya dengan menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Cara ini jelas tidak akurat karena amat dipengaruhi oleh kepekaan dan suhu badan orang tua sendiri.<br />
Termometer air raksa diyakini merupakan cara yang paling tepat untuk mengukur suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh akan lebih akurat bila termometer tersebut ditempatkan di rongga mulut atau rektum/anus dibanding ketiak.<br />
Saat menghadapi si kecil yang sedang kejang demam, sedapat mungkin cobalah bersikap tenang. Sikap panik hanya akan membuat kita tak tahu harus berbuat apa yang mungkin saja akan membuat penderitaan anak tambah parah.<br />
Jangan gunakan alkohol atau air dingin untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang demam. Penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan intoksikasi/keracunan.<br />
Lebih aman gunakan kompres air biasa yang diletakkan di dahi, ketiak, dan lipatan paha. Kompres ini bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.<br />
Jangan coba-coba memberikan aspirin atau jenis obat lainnya yang mengandung salisilat karena diduga dapat memicu sindroma Reye, sejenis penyakit yang tergolong langka dan mempengaruhi kerja lever, darah, dan otak.<br />
Setelah anak benar-benar sadar, bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bisa berupa jus, susu, teh, dan minuman lainnya. Dengan demikian, cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.<br />
Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang mengikat terlalu kencang sebaiknya ditanggalkan saja.<br />
<div style="color: blue;">YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA</div>*Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37,5 C.<br />
* Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air dingin, karena dapat menyebabkan “korsleting”/benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres dingin tadi.<br />
* Agar si kecil tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak. . Tak perlu menahan mulut si kecil agar tetap terbuka dengan mengganjal/menggigitkan sesuatu di antara giginya. . Miringkan posisi tubuh si kecil agar penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang bisa mengganggu pernapasannya.<br />
* Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak.<br />
<div style="color: blue;">KEJANG TANPA DEMAM</div>Penyebabnya bermacam-macam. Yang penting, jangan sampai berulang dan berlangsung lama karena dapat merusak sel-sel otak. Menurut dr. Merry C. Siboro, Sp.A, dari RS Metro Medical Centre, Jakarta, kejang adalah kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak.<br />
“Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau bisa juga tanpa disertai demam.”<br />
Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal, demam tinggi akibat infeksi saluran pernapasan, radang telinga, infeksi saluran cerna, dan <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/tag/infeksi-saluran-kemih/" title="infeksi saluran kemih">infeksi saluran kemih</a>. Sedangkan kejang tanpa demam adalah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-anak.<br />
BISA DIALAMI SEMUA ANAK<br />
Kondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas. Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam bisa dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru lahir.<br />
Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akibat trauma lahir, adanya infeksi-infeksi pada saat-saat terakhir lahir, proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk ke otak, atau menderita kepala besar atau kecil.<br />
Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram bisa juga berisiko mengalami kejang tanpa demam pada saat melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan).<br />
“Ini biasanya disebabkan adanya riwayat <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="ibu">ibu</a> menderita diabetes, sehingga anaknya mengalami hipoglemi (ganggguan gula dalam darah). Dengan demikian, enggak demam pun, dia bisa kejang.”<br />
Selanjutnya, si bayi dengan gangguan hipoglemik akibat kencing manis ini akan rentan terhadap kejang. “Contohnya, telat diberi minum saja, dia langsung kejang.” Uniknya, bayi prematur justru jarang sekali menderita kejang. “Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah sempurna sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna.”<br />
<strong>JANGAN SAMPAI TERULANG</strong><br />
Penting diperhatikan, bila anak pernah kejang, ada kemungkinan dia bisa kejang lagi. Padahal, kejang tak boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat membahayakan anak.<br />
Masalahnya, setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. “Setiap menit, kejang bisa mengakibatkan kerusakan sel-sel pada otak, karena terhambatnya aliran oksigen ke otak.<br />
Bayangkan apa yang terjadi bila anak bolak-balik kejang, berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya aliran oksigen ke otak ini bisa menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan.<br />
”Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan, bahkan retardasi mental. Oleh karenanya, pada anak yang pernah kejang atau berbakat kejang, hendaknya orang tua terus memantau agar jangan terjadi kejang berulang.<br />
<div style="color: blue;">DIMONITOR TIGA TAHUN</div>Risiko berulangnya kejang pada anak-anak, umumnya tergantung pada jenis kejang serta ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa demam), akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.<br />
Harus diusahakan, dalam tiga tahun sesudah kejang pertama, jangan ada kejang berikut.<br />
Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya, setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi, meski cuma dalam beberapa detik, maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik.Artinya, tak terjadi kelainan neurologis dan mental.<br />
Tapi, bagaimana jika setelah diobati, ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi? “Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama.”Pokoknya, jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring adalah selama tiga tahun setelah kejang.<br />
Jadi, selama tiga tahun setelah kejang pertama itu, si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya, umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang sejak lahir sudah memiliki kelainan bawaan, semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali), serta jika ada tumor di otak.<br />
<div style="color: blue;">RAGAM PENYEBAB</div>“Kejang tanpa demam bisa berasal dari kelainan di otak, bukan berasal dari otak, atau faktor keturunan,” penjabarannya satu per satu di bawah ini.<br />
* Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak bisa menimbulkan bangkitan kejang.<br />
Contoh, akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, atau kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).<br />
* Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, gula darah rendah akibat sakit yang lama, kurang asupan makanan, kejang lama yang disebabkan epilepsi, gangguan metabolisme, gangguan peredaran darah, keracunan obat/zat kimia, alergi dan cacat bawaan.<br />
* Faktor keturunan Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.<br />
<div style="color: blue;">WASPADAI DI BAWAH 6 BULAN</div>Orang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam, terutama di bawah usia 6 bulan, Karena kemungkinannya untuk menderita epilepsi besar.<br />
Masalahnya, kejang pada anak di bawah 6 bulan, terutama pada masa neonatal itu bersifat khas. “Bukan hanya seperti toniklonik yang selama ini kita kenal, tapi juga dalam bentuk gerakan-gerakan lain. Misal, matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak, bibirnya kedutan atau tangannya seperti tremor.<br />
Dokter biasanya waspada, tapi kalau kejangnya terjadi di rumah, biasanya jarang <a href="http://ibuprita.suatuhari.com/" title="ibu">ibu</a> yang ngeh.” Itulah sebabnya, orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.<br />
<div style="color: blue;">MENOLONG ANAK KEJANG</div>1. Jangan panik, segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat saluran pernapasannya. Jadi kalau sedang makan tiba-tiba anak kejang, atau ada sesuatu di mulutnya saat kejang, segera keluarkan.<br />
2. Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari mulutnya. “Ini sebetulnya air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang kejang, kan, saraf pusatnya terganggu. Bukan cuma air liur, air mata pun bisa keluar.” Guna memiringkan tubuh adalah supaya cairan-cairan ini langsung keluar, tidak menetap di mulut yang malah berisiko menyumbat saluran napas dan memperparah keadaan.<br />
3. Jangan mudah percaya bahwa <strong>meminumkan kopi</strong> pada anak yang sedang kejang bisa langsung menghentikan kejang tersebut. “Secara medis, kopi tak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan saat anak mengalami kejang, yang malah bisa menyebabkan kematian.”<br />
4. Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat, jangan sampai otak kelamaan tak mendapat oksigen. “Usahakan lama kejang tak lebih dari tiga menit. Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak memang pernah kejang atau punya riwayat kejang.”<br />
<div style="color: blue;">PENATALAKSANAAN</div>Penatalaksaan kejang meliputi :<br />
1. <strong><a href="http://ibuprita.suatuhari.com/">Penanganan saat kejang</a></strong>* Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0,3 – 0,5 mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau 0,4-0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.<br />
* Turunkan demam :<br />
Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) diberikan 3-4 kali sehari.<br />
Kompres ; suhu >39º C dengan air hangat, suhu > 38º C dengan air biasa.<br />
* Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.<br />
* Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas, pemberian oksigen, memberikan keseimbangan air dan elektrolit, pertimbangkan keseimbangan tekanan darah.<br />
2. <strong><a href="http://ibuprita.suatuhari.com/tidur-11-jam-bikin-anak-anda-cerdas/">Pencegahan Kejang</a></strong>* Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) dan anti piretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam.<br />
* Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam vaproat 15-40 mg/KgBB/dosis PO (per oral / lewat mulut) dibagi dalam 2-3 dosis.<br />
<div style="color: red;">ANAK EPILEPSI HARUS KONTROL SETIAP 3 BULAN</div>Mereka yang berisiko menderita epilepsi adalah anak-anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi. Selain juga anak-anak dengan kelainan neurologis sebelum kejang pertama datang, baik dengan atau tanpa demam.<br />
Anak yang sering kejang memang berpotensi menderita epilepsi. Tapi jangan khawatir, anak yang menderita epilepsi, kecuali yang lahir dengan kelainan atau gangguan pertumbuhan, bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Prestasi belajar mereka tidak kalah dengan anak yang normal.<br />
Jadi, kita tak perlu mengucilkan anak epilepsi karena dia bisa berkembang normal seperti anak-anak lainnya. “Yang penting, ia tertangani dengan baik. Biasanya kalau anak itu sering kejang, dokter akan memberi obat yang bisa menjaganya supaya jangan sampai kejang lagi.<br />
Pada anak epilepsi, fokus perawatannya adalah jangan sampai terjadi kejang lagi. Untuk itu, perlu kontrol, paling tidak setiap 3 bulan agar monitoring dari dokter berjalan terus.”</div>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-20367382551976919262010-08-13T20:40:00.000-07:002010-08-13T20:55:18.429-07:00T.B.C<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj24ZGhLU-ZaKBNNp-6a53pvcZRd5com7muFCGYgJ2SqLZGpGprL3308ciXA07ktEm0foqVvetjltMQoe6amj6p6Vgv6jlSOUZ5TVZRIGTEHVaTXAkf1HfjHWempSCOVlSVZ1UF0_pljx8/s1600/img_tbc.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj24ZGhLU-ZaKBNNp-6a53pvcZRd5com7muFCGYgJ2SqLZGpGprL3308ciXA07ktEm0foqVvetjltMQoe6amj6p6Vgv6jlSOUZ5TVZRIGTEHVaTXAkf1HfjHWempSCOVlSVZ1UF0_pljx8/s320/img_tbc.gif" width="191" /></a></div><br />
<div style="text-align: justify;"><i>Tuberkulosis</i> (<b>TBC atau TB</b>) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri <i>Mikobakterium tuberkulosa</i>. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (<i>mortalitas</i>), angka kejadian penyakit (<i>morbiditas</i>), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, <b><i>Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China</i></b> dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa <i><b>Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian</b></i>, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC . Simak semua informasi mengenai penyakit TBC, pengobatan TBC, Uji TBC dan Klasifikasi TBC, Obat TBC dan pertanyaan seputar TBC yang ada di website ini.</div><h2 style="text-align: justify;">Penyakit TBC</h2><div></div><div style="text-align: justify;">Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">Penyebab Penyakit TBC</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><img src="http://medicastore.com/tbc/image/bakteri_tbc.jpg" /><br />
Bakteri <i>Mikobakterium tuberkulosa</i></div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">Cara Penularan Penyakit TBC</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><img src="http://medicastore.com/tbc/image/sebar_tbc.jpg" /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Saat <i>Mikobakterium tuberkulosa</i> berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk <i>globular</i> (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi <i>imunologi</i>s bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi <i>dormant</i> (istirahat). Bentuk-bentuk <i>dormant</i> inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi <i>sputum</i> (dahak). Seseorang yang telah memproduksi <i>sputum</i> dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">Gejala Penyakit TBC</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.</div><div style="text-align: justify;"></div><h4 style="text-align: justify;">Gejala sistemik/umum</h4><div style="text-align: justify;"></div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li>Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.</li>
<li>Penurunan nafsu makan dan berat badan.</li>
<li>Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).</li>
<li>Perasaan tidak enak (<i>malaise</i>), lemah.</li>
</ul><div style="text-align: justify;"></div><h4 style="text-align: justify;">Gejala khusus</h4><div style="text-align: justify;"></div><ul style="text-align: justify;" type="disc"><li>Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.</li>
<li>Kalau ada cairan dirongga <i>pleura</i> (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.</li>
<li>Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.</li>
<li>Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai <i>meningitis</i> (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.</li>
</ul><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil <i>uji tuberkulin</i> positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.</div><div style="text-align: justify;"></div><h3 style="text-align: justify;">Penegakan Diagnosis</h3><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:</div><div style="text-align: justify;"></div><ul style="text-align: justify;" type="circle"><li>Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.</li>
<li>Pemeriksaan fisik.</li>
<li>Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).</li>
<li>Pemeriksaan patologi anatomi (PA).</li>
<li>Rontgen dada (thorax photo).</li>
<li>Uji tuberkulin.</li>
</ul><h2 style="text-align: justify;">Uji Tuberkulin dan Klasifikasi TBC</h2><div></div><div style="text-align: justify;">Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi <i>Mikobakterium tuberkulosa</i> dan sering digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara <i>mantoux</i> lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji <i>mantoux</i> umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan <i>intrakutan</i> (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari <i>pembengkakan </i> (indurasi) yang terjadi.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><img height="88" src="http://medicastore.com/tbc/image/uji_mantoux.jpg" width="424" /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.</div><div style="text-align: justify;"></div><table border="0" cellpadding="3" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr> <td align="center" valign="top" width="8%">1.</td> <td valign="top" width="34%">Pembengkakan (Indurasi) </td> <td valign="top" width="2%">:</td> <td width="56%">0–4mm,uji mantoux negatif.<br />
Arti klinis : tidak ada infeksi <i>Mikobakterium tuberkulosa</i>.</td> </tr>
<tr> <td align="center" valign="top">2.</td> <td valign="top">Pembengkakan (Indurasi)</td> <td valign="top">:</td> <td>3–9mm,uji mantoux meragukan.<br />
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan <i>Mikobakterium atipik</i> atau setelah vaksinasi BCG.</td> </tr>
<tr> <td align="center" valign="top">3.</td> <td valign="top">Pembengkakan (Indurasi) </td> <td valign="top">:</td> <td>≥ 10mm,uji mantoux positif.<br />
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi <i>Mikobakterium tuberkulosa</i>.</td> </tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi primer terjadi di paru-paru maka secara rutin <i>foto thorax</i> harus dilakukan. Ditemukannya kuman <i>Mikobakterium tuberkulosa</i> dari <i>kultur</i> merupakan <i>diagnostik TBC yang positif</i>, namun tidak mudah untuk menemukannya.<br />
<br />
<br />
<h2 align="center">PENGOBATAN TBC</h2>Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.<br />
<ol type="1"><li>Pencegahan (profilaksis) primer<br />
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).<br />
INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).<br />
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.</li>
<li>Pencegahan (profilaksis) sekunder<br />
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.<br />
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.</li>
</ol>Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :<br />
<ul type="circle"><li><i>Obat primer</i> : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.<br />
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.</li>
<li><i>Obat sekunder</i> : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.</li>
</ul><h4>Dosis obat antituberkulosis (OAT)</h4><table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="3" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td align="center" valign="top" width="20%"><b> Obat</b> </td> <td align="center" valign="top" width="27%"><b> Dosis harian </b><br />
<b> (mg/kgbb/hari)</b> </td> <td align="center" valign="top" width="26%"><b> Dosis 2x/minggu </b><br />
<b> (mg/kgbb/hari)</b> </td> <td align="center" valign="top" width="27%"><b>Dosis 3x/minggu</b><br />
<b>(mg/kgbb/hari)</b> </td> </tr>
<tr> <td>INH</td> <td>5-15 (maks 300 mg)</td> <td>15-40 (maks. 900 mg)</td> <td>15-40 (maks. 900 mg)</td> </tr>
<tr> <td>Rifampisin</td> <td>10-20 (maks. 600 mg)</td> <td>10-20 (maks. 600 mg)</td> <td>15-20 (maks. 600 mg)</td> </tr>
<tr> <td>Pirazinamid</td> <td>15-40 (maks. 2 g)</td> <td>50-70 (maks. 4 g)</td> <td>15-30 (maks. 3 g)</td> </tr>
<tr> <td>Etambutol</td> <td>15-25 (maks. 2,5 g)</td> <td>50 (maks. 2,5 g)</td> <td>15-25 (maks. 2,5 g)</td> </tr>
<tr> <td>Streptomisin</td> <td>15-40 (maks. 1 g)</td> <td>25-40 (maks. 1,5 g)</td> <td>25-40 (maks. 1,5 g)</td> </tr>
</tbody></table>Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti <i>Indonesia – WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia</i> pada April 1994. Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.<br />
Strategi <b>DOTS</b> (<i>Directly Observed Treatment Short-course</i>) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan <b>DOTS</b> di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.<br />
Indonesia adalah negara <i>high burden</i>, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanya <i>baseline drug susceptibility</i> data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.<br />
Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat <b>MDR</b> (<i>Multi-drugs Resistant</i>). Untuk kasus <b>MDR-TB</b> dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat <i>fluorokuinolon</i> seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).<br />
<h4 style="text-align: justify;">Klasifikasi TBC (menurut The American Thoracic Society, 1981)</h4><table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="3" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr> <td width="18%">Klasifikasi 0 </td> <td width="82%">Tidak pernah terinfeksi, tidak ada kontak, tidak menderita TBC</td> </tr>
<tr> <td>Klasifikasi I </td> <td>Tidak pernah terinfeksi,ada riwayat kontak,tidak menderita TBC</td> </tr>
<tr> <td valign="top">Klasifikasi II </td> <td>Terinfeksi TBC / test tuberkulin ( + ), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif).</td> </tr>
<tr> <td>Klasifikasi III </td> <td>Sedang menderita TBC</td> </tr>
<tr> <td>Klasifikasi IV </td> <td>Pernah TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif</td> </tr>
<tr> <td>Klasifikasi V </td> <td>Dicurigai TBC</td></tr>
</tbody></table><h5><span style="font-size: small;">Pengobatan TBC pada orang dewasa</span></h5><ul type="disc"><li><b>Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3</b><br />
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).<br />
Diberikan kepada: <br />
<ul type="circle"><li>Penderita baru TBC paru BTA positif.</li>
<li>Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.</li>
</ul></li>
<li><b>Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3</b><br />
Diberikan kepada: <br />
<ul type="circle"><li>Penderita kambuh.</li>
<li>Penderita gagal terapi.</li>
<li>Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.</li>
</ul></li>
<li><b>Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3</b><br />
Diberikan kepada: <br />
<ul type="circle"><li>Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.</li>
</ul></li>
</ul><h4>Pengobatan TBC pada anak</h4>Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:<br />
<ol type="1"><li><b>2HR/7H2R2</b> : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).</li>
<li><b>2HRZ/4H2R2</b> : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).</li>
</ol>Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.<br />
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:<br />
<table border="0" cellpadding="3" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td colspan="3"><b> TB tidak berat </b></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="28%">INH </td> <td width="66%">: 5 mg/kgbb/hari </td> </tr>
<tr> <td></td> <td>Rifampisin </td> <td>: 10 mg/kgbb/hari </td> </tr>
<tr> <td colspan="3"><b> TB berat (milier dan meningitis TBC) </b></td> </tr>
<tr> <td></td> <td>INH </td> <td>: 10 mg/kgbb/hari </td> </tr>
<tr> <td></td> <td>Rifampisin </td> <td>: 15 mg/kgbb/hari </td> </tr>
<tr> <td></td> <td>Dosis prednison </td> <td>: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg) </td></tr>
</tbody></table><br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 735px;"><tbody>
<tr><td width="543"><table border="0" cellpadding="5" cellspacing="0"><tbody>
<tr><td class="isi" style="text-align: justify;"><h2>OBAT TBC</h2>Tuberkulosis (TBC) dapat menyerang berbagai organ tubuh tetapi yang akan dibahas adalah obat TBC untuk paru-paru. Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya.<br />
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :<br />
<ul type="disc"><li><i>Obat primer</i> : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. <br />
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.</li>
<li><i>Obat sekunder</i> : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.</li>
</ul>Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini.<br />
<h4>Isoniazid</h4>Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat <i>tuberkulostatik</i> (menahan perkembangan bakteri) dan <i>tuberkulosid</i> (membunuh bakteri).<br />
Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (<i>mycolic acid</i>) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium.<br />
Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak diperoleh dalam waktu 1–2 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini diberikan setiap hari.<br />
<h4>Efek samping</h4>Mual, muntah, anoreksia, letih, malaise, lemah, gangguan saluran pencernaan lain, neuritis perifer, neuritis optikus, reaksi hipersensitivitas, demam, ruam, ikterus, diskrasia darah, psikosis, kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan BAK, kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia, asidosis metabolik, ginekomastia, gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus.<br />
<h4>Resistensi</h4>Resistensi masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan mudah terjadi resistensi. Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara 6–9 bulan sehingga pasien banyak yang tidak patuh minum obatselama menjalani terapi.<br />
Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe TBC. Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti piridoksin (vitamin B6).<br />
<b>TB vit B6</b> sudah mengandung isoniazid dan vitamin B6 dalam satu sediaan, sehingga praktis hanya minum sekali saja.<b> TB vit B6</b> tersedia dalam beberapa kemasan untuk memudahkan bila diberikan kepada pasien anak-anak sesuai dengan dosis yang diperlukan. <b>TB Vit B6</b> tersedia dalam bentuk:<br />
<ol type="1"><li><a href="http://www.medicastore.com/med/detail_obat.php?idobat=1000008891&UID=20061012115409202.73.125.48">Tablet</a><br />
Mengandung INH 400 mg dan Vit B6 24 mg per tablet</li>
<li>Sirup<br />
Mengandung INH 100 mg dan Vit B6 10 mg per 5 ml, yang tersedia dalam 2 kemasan :<br />
<ul type="circle"><li><a href="http://www.medicastore.com/med/detail_obat.php?idobat=1000008892&UID=20061012115409202.73.125.48">Sirup 125 ml</a></li>
<li><a href="http://www.medicastore.com/med/detail_obat.php?idobat=1000008893&UID=20061012115409202.73.125.48">Sirup 250 ml</a> </li>
</ul></li>
</ol><img src="http://medicastore.com/tbc/image/tb_vit_6.jpg" /><br />
<h4>Perhatian:</h4><ul type="disc"><li>Obat TBC di minum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan dosisnya.</li>
<li>Penghentian penggunaan obat TBC harus dilakukan atas seizin dokter.</li>
</ul><h2>Pertanyaan Seputar TBC</h2><ol type="1"><li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal1">Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal2">Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal3">TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah orang terpapar kuman TBC?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal4">Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal4">Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal4">Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal7">Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal8">Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal9">Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal10">Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal11">Mungkinkan terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal12">Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal10">Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit TBC?</a></li>
<li><a href="http://medicastore.com/tbc/tanya_seputar_tbc.htm#soal14">Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC?</a></li>
</ol><h4><a href="" name="soal1">Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC?</a></h4>Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena penyakit TBC yaitu secara umum dapat dilihat dari gejalanya terlebih dahulu yaitu, demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Dan untuk memberikan kepastian maka orang tersebut harus diperiksa lebih lanjut, jadi tidak selalu bahwa orang batuk-batuk lama pasti menderita TBC, harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen.<br />
<h4><a href="" name="soal2">Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC?</a></h4>Belum tentu, karena batuk berdarah dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, bisa karena penyakit paru-paru lainnya, karena adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang tertelan dan pada saat batuk keluar dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga mengeluarkan darah.<br />
<h4><a href="" name="soal3">TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah orang terpapar kuman TBC?</a></h4>Pada umumnya adalah melalui percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli mengatakan bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat makan/minum yang mengandung kuman TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat berbulan-bulan sampai tahunan.<br />
<h4><a href="" name="soal4">Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC?</a></h4>Kena udara pagi terus menerus tidak terlalu bermasalah dalam hal penularan TBC, sedangkan merokok dapat menurunkan daya tahan dari paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC.<br />
<h4><a href="" name="soal5">Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?</a></h4>Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetik, karena penyakit TBC bukanlah penyakit turunan. Hanya karena penularannya adalah melalui percikan dahak yang mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat dengan penderita TBC dapat tertular.<br />
<h4><a href="" name="soal6">Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama?</a></h4>Karena bakteri TBC dapat hidup berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotika (bakteri TBC memiliki daya tahan yang kuat), sehingga pengobatan TBC memerlukan waktu antara 6 sampai 9 bulan. Walaupun gejala penyakit TBC sudah hilang, pengobatan tetap harus dilakukan sampai tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya masih berada dalam keadaan aktif dan siap membentuk resistensi terhadap obat. Kombinasi beberapa obat TBC diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat.<br />
<h4><a href="" name="soal7">Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur?</a></h4>Hal ini akan menyebabkan tidak tuntasnya penyembuhan, sehingga dikhawatirkan akan timbul resistensi bakteri TBC terhadap antibiotika sehingga pengobatan akan semakin sulit dan mahal.<br />
<h4><a href="" name="soal8">Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya?</a></h4>Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila penderita mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.<br />
<h4><a href="" name="soal9">Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali?</a></h4>Dapat, karena setelah sembuh dari penyakit TBC tidak ada kekebalan seumur hidup. Jadi bila telah sembuh dari penyakit TBC kemudian tertular kembali oleh kuman TBC, maka orang tersebut dapat terjangkit kembali.<br />
<h4><a href="" name="soal10">Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC?</a></h4>Flek kecil di paru-paru balita pada umumnya memang disebabkan oleh TBC. Oleh karena itu perlu diteliti apakah ada gejala-gejala klinis penyakit TBC atau tidak. Bila tidak ada berarti pernah tertular penyakit TBC tapi karena daya tahan tubuhnya tinggi sehingga tidak bergejala. Atau saat ini anak tersebut sudah sembuh dari penyakit TBC dan hanya meninggalkan bekasnya saja di paru-paru.<br />
<h4><a href="" name="soal11">Mungkinkan terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih?</a></h4>Kemungkinan kita tertular akan tetap ada, karena kita hidup tidak hanya di lingkungan sekitar rumah kita saja, bisa saja suatu saat kita berada di sekolahan, bioskop, kantor, bus yang belum tentu terbebas dari kuman TBC. Hidup di lingkungan yang bersih memang akan memperkecil risiko terjangkit TBC.<br />
<h4><a href="" name="soal12">Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC?</a></h4>Biasanya keadaan gizi penderita TBC kurang baik, sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bagi janin dalam kandungan. Ibu hamil tetap harus diberikan terapi dengan obat TBC dengan dosis efektif terendah. Obat TBC yang diminum oleh ibu dapat melewati plasenta dan masuk ke janin dan berdasarkan beberapa kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek yang terlampau berbahaya, akan tetapi pemantauan ketat pada perkembangan janin harus tetap dilakukan. Setelah bayi dilahirkan dapat dipisahkan terlebih dahulu dari ibu selama TBC masih aktif.<br />
<h4><a href="" name="soal13">Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit TBC?</a></h4>Bawa pasien ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara teratur, awasi minum obat secara ketat dan beri makanan bergizi. Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik. Hindarkan kontak dengan percikan batuk penderita, jangan menggunakan alat-alat makan/minum/mandi bersamaan.<br />
<h4><a href="" name="soal14">Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC?</a></h4>Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll. Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.</td> </tr>
</tbody></table></td> <td background="image/bg_kiri_atas.gif" width="2"><br />
</td></tr>
</tbody></table></div><div style="text-align: justify;"></div><br />
<table border="1" bordercolor="#000000" cellpadding="3" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr><td width="18%"><br />
</td><td width="82%"><br />
</td></tr>
<tr><td><br />
</td><td><br />
</td></tr>
<tr><td valign="top"><br />
</td><td><br />
</td></tr>
<tr><td><br />
</td><td><br />
</td></tr>
<tr><td><br />
</td><td><br />
</td></tr>
<tr><td><br />
</td><td><br />
</td></tr>
</tbody></table>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-87440062695541112302010-08-13T10:16:00.000-07:002010-08-13T10:24:21.899-07:00PENYAKIT ASMA<div align="justify"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4Rfmr6qhktf4bJ7YmeOQxW8hj88ZL36LfQSoReLfYuYoluZTIoNgkQJ0_Cvm09Gss1C4FWg9hU1b7ZeplaI02UKyYbEgSKpNcokd6C4d5swaKFYUel4sssBKdERC2wwDoH7ZtCmYB8JM/s1600/ASMA1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4Rfmr6qhktf4bJ7YmeOQxW8hj88ZL36LfQSoReLfYuYoluZTIoNgkQJ0_Cvm09Gss1C4FWg9hU1b7ZeplaI02UKyYbEgSKpNcokd6C4d5swaKFYUel4sssBKdERC2wwDoH7ZtCmYB8JM/s320/ASMA1.jpg" width="320" /></a></div>PENYAKIT asma berasal dari kata "asthma" yang diambil dari bahasa Yunani yang memiliki arti "sulit bernafas". Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk dan mengiyang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Gejala yang biasa ditimbulkan oleh asma antara lain:<br />
<ul><li>Nafas yang berbunyi (<i>wheezing</i>, mengi, bengek).</li>
<li>Nafas pendek, biasanya hanya terjadi ketika sedang berolahraga.</li>
<li>Rasa sesak di dada.</li>
<li>Batuk-batuk hanya pada malam hari. </li>
</ul><b>Siapa saja yang beresiko terkena ASMA?</b><br />
Anak-anak maupun orang dewasa dapat terkena penyakit ini. Pada umumnya asma merupakan penyakit anak yang bersifat kronis. Asosiasi Paru-paru Amerika melaporkan bahwa satu diantara tiga penderita asma berusia di bawah 18 tahun. Alergi merupakan pemicu gejala asma, 80% anak-anak dan 50% orang dewasa yang terkena asma juga memiliki alergi.<br />
<b>Faktor-faktor apa saja yang dapat memicu ASMA?</b><br />
<ul><li>Alergi seperti debu, kecoa maupun serbuk sari.</li>
<li>Cuaca.</li>
<li>Olahraga.</li>
<li>Uap dari berbagai bahan kimia, rokok atau memasak dengan kayu bakar.</li>
<li>Infeksi pernafasan.</li>
<li>Emosi, seperti tertawa, menangis dan stress.</li>
</ul><b>Apakah ASMA merupakan penyakit menurun?</b></div><div align="justify">Sebuah penelitian di Amerika dan Eropa melaporkan dalam "<i>American Journal Of Respiratory and Critical Care Medicine</i>" bahwa adanya hubungan yang kuat dimana seorang anak yang memiliki satu diantara orang tuanya penderita asma akan beresiko 3X lipat terkena asma, sedangkan anak yang kedua orang tuanya penderita asma, maka anaknya beresiko terkena asma 6X lipat.<br />
<b>Kenyataan yang menarik tentang ASMA</b></div><div align="justify"><ul><li>Pada tahun 2002, sekitar 21,9 juta warga Amerika terkena asma. Lebih dari 8 juta anak di bawah usia 18 tahun terkena asma.</li>
<li>Kota di Amerika yang memiliki tingkat infeksi asma tertinggi adalah California, New York dan Texas.</li>
<li>Asma masuk dalam peringkat 10 besar dalam jumlah pasien rawat inap.</li>
<li>Dari tahun 1980 hingga 1994, terdapat 160% peningkatan penyakit asma pada balita.</li>
</ul></div><div align="justify"><b>Definisi ASMA</b></div><div align="justify"><ul><li>Merupakan peradangan saluran nafas yang reversibel.</li>
<li>Pembengkakan pada <i>the lining of bronchial tubes in the lungs</i>.</li>
<li>Sekresi cairan kental yang berlebih.</li>
</ul></div><div align="justify">Inflamasi ini dipicu oleh iritasi atau alergi. Akibatnya, anda akan merasakan kesulitan dalam bernafas, nafas pendek, <i>wheeze</i> dan batuk. Terkadang gejala ini sangat parah sehingga diperlukan perawatan di UGD. Pada umumnya asma berawal di masa kanak-kanak, namun tidak jarang dimana setelah dewasa baru terkena asma. Sekitar 20 juta warga Amerika terkena asma dan lebih dari 70% penderita asma ini memiliki alergi.</div><div align="justify"><b>ASMA bisa sembuh atau problem seumur hidup?</b><br />
Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan asma secara total. Pada kebanyakan kasus, tingkat keparahan asma seorang pengidap akan berkurang seiring usia berjalan. Dengan mengatur dan menjaga kondisi anda, tentu akan sangat membantu dalam menjaga kesehatan dan menjalankan kehidupan yang lebih nyaman.<br />
<b>Kiat untuk mengontrol ASMA</b><br />
<ul><li>Kenali asma anda, termasuk jenis yang ringan atau berat.</li>
<li>Kenali pencetusnya, jika karena emosi maka kendalikan emosi anda, jika virus influensa maka perlu divaksinasi, jika obat maka hindari obat tersebut, jika makanan maka hindari makanan tersebut, jika karena debu rumah maka hindari debu rumah.</li>
<li>Kenali obat-obatan yang biasa dipakai secara benar. Pakai obat yang disuruh dokter secara benar, pastikan obat yang benar dan dosis yang benar.</li>
<li>Kontrol ke dokter jangan hanya ketika sesak nafas. Seperti servis mobil jangan tunggu rusak baru masuk bengkel, lakukan periksa ke dokter secara teratur.</li>
<li>Siapkan obat darurat untuk serangan asma di malam hari.</li>
</ul></div>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-85503350388930044912010-08-13T09:30:00.000-07:002010-08-13T10:09:22.942-07:00Penyebab Kanker Rahim pada Wanita<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMeXMWtkmr7SQ9sj-MBPz_8a44vJEw2IGTaHgYVNK6v37NxPl_k4b9cQiNaI_jV2ByQAqf36LXnSAvOAeZhhABYH38CLm20eCe02KEymR0aaSiYwytrijrRfvy36G5c5vc_iPi3VjTxi4/s1600/female_anatomy.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMeXMWtkmr7SQ9sj-MBPz_8a44vJEw2IGTaHgYVNK6v37NxPl_k4b9cQiNaI_jV2ByQAqf36LXnSAvOAeZhhABYH38CLm20eCe02KEymR0aaSiYwytrijrRfvy36G5c5vc_iPi3VjTxi4/s320/female_anatomy.png" width="320" /></a></div><div style="color: red;"><span style="font-size: small;">1. KANKER SERVIKS - </span></div><span style="font-size: small;">Kanker rahim (uterus) merupakan salah satu jenis kanker yang menakutkan bagi seorang perempuan. Kanker ini dianggap menjadi penyebab kematian terbesar wanita di dunia. Ada beberapa penyebab kanker ini, antara lain, hubungan intim di bawah usia 17 tahun.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> Kanker rahim adalah penyakit yang banyak diderita kaum perempuan. Kenapa demikian? Karena hanya perempuan yang memiliki rahim, sedangkan laki-laki tidak. Penyakit ini mematikan dan muncul karena sel-sel epitel pada dinding rahim berkembang tidak normal. Seperti penyakit kanker lainnya, penyebab kanker rahim inipun belum diketahui secara pasti. Beberapa penelitian kemudian menyebutkan bahwa kanker ini disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) yang muncul, antara lain karena perilaku sering berganti-ganti pasangan seks.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> Virus ini hidup di daerah yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita keputihan (leukore). Jika keputihan ini tidak segera membaik, virus ini bisa memunculkan kanker rahim. Biasanya keadaan ini ditandai dengan banyaknya cairan keputihan yang disertai bau tidak sedap dan perdarahan yang keluar dari vagina. Tapi ada kalanya kanker yang muncul itu tidak memberikan gejala-gejala sakit seperti itu.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> Hubungan seksual di bawah usia 17 tahun juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker. Mengapa? Karena pada rentang usia 12 tahun hingga 17 tahun itu, perubahan sel dalam mulut rahim sedang sangat aktif. Ketika sel sedang membelah secara aktif (metaplasi), idealnya tidak terjadi kontak atau rangsangan apapun dari luar, termasuk injus (masuknya) benda asing dalam tubuh perempuan. Adanya benda asing, termasuk alat kelamin laki-laki dan sel sperma, akan mengakibatkan perkembangan sel ke arah abnormal. Apalagi kalau sampai terjadi luka yang mengakibatkan infeksi dalam rahim.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> Sel abnormal dalam mulut rahim (servix uteri) itu dapat menyerang alat kandungan perempuan, berawal dari mulut rahim, dan beresiko menyebar ke vagina hingga keluar. Sel abnormal itupun bisa menyebar ke organ lain dalam tubuh, misalnya uterus, ovarium, tuba fallopi, ginjal, paru-paru, lever, tulang hingga otak. Jika telah mencapai stadium lanjut dan menyebar ke organ tubuh lain, kanker rahim dapat menyebabkan kematian.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> Kanker ini juga bisa disebabkan oleh nikotin yang ada dalam darah. Mengapa? Karena asap rokok yang masuk dalam tubuh akan segera merasuk ke dalam darah yang menyebar ke seluruh tubuh. Zat nikotin yang ada dalam darah itu akan singgah di seluruh bagian tubuh, termasuk mulut rahim dan selaput leher rahim yang sangat peka terhadap zat nikotin. Zat nikotin itu akan memicu pertumbuhan sel tidak normal yang kemudian menjadi biang munculnya sel kanker mulut rahim.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"> Belakangan berkembang pula isu bahwa kanker ini disebabkan oleh hubungan intim pada saat seorang wanita sedang haid. Menurut para ahli, kanker ini tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan seks yang dilakukan pada saat wanita sedang mengalami menstruasi. Kanker ini lebih disebabkan oleh virus HPV, sedangkan hubungan seks yang dilakukan pada saat wanita mengalami menstruasi hanyalah sebuah hubungan yang tidak higienis.</span><br />
<br />
<span style="color: red;">Tips menghindarkan wanita dari kemungkinan terkena kanker mulut rahim sebagai berikut:</span><br />
<br />
1. Waspadai gejalanya. Segera hubungi dokter kalau terdapat gejala-gejala yang tidak normal seperti pendarahan, terutama setelah aktivitas seksual.<br />
<br />
2. Pemeriksaan teratur. Lakukan tes pap smear setiap tahun. Ini dilakukan sampai berusia 70 tahun.<br />
<br />
3. Jangan merokok karena dapat merangsang timbulnya sel-sel kanker melalui nikotin dikandung dalam darah Anda. Risiko wanita perokok 4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita bukan perokok. Diperkirakan nikotin memberikan efek toksik pada sel epitel, sehingga memudahkan masuknya mutagen virus.<br />
<br />
4. Hindarkan kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran karena akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><span style="color: #ff6600;"><b>Mendeteksi Kanker Serviks<br />
</b></span><br />
Sel-sel yang abnormal tersebut dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang disebut “Pap smear test”, sehingga semakin dini sel-sel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko seseorang menderita kanker leher rahim. Pap smear adalah suatu test yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.<br />
<span style="color: #ff6600;"><b><br />
Tanda dan Gejala Kanker Serviks</b></span></div><div style="text-align: justify;">Secara umum tanda dan gejalanya adalah terjadinya perdarahan vagina setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi. Sementara itu tanda lain yang mungkin timbul antara lain adalah :</div><div style="text-align: justify;">1. Hilangnya nafsu makan dan berat badan<br />
2. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang<br />
3. Nyeri pada anggota gerak (kaki)<br />
4. Terjadi pembengkakan pada area kaki<br />
5. Keluarnya feaces menyertai urin melalui vagina<br />
6. Hingga terjadi patah tulang panggul</div><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">* Pengobatan<br />
Yang utama lewat operasi; sederhana, besar, khusus. Operasi sederhana dilakukan pada tingkat stadium awal, yang disebut dengan konisasi (pemotongan rahim seperti kerucut). Karena dalam stadium awal (prakanker) dari nol hingga 1A. "Kanker masih berada di sel-sel selaput lendir." Operasi dilakukan bila pasien masih ingin hamil. Bila tak ingin hamil lagi akan dilakukan histerektomi simple (rahim diangkat semua). Tujuannya agar kanker tak kambuh lagi. Histerektomi radikal akan dilakukan bila kanker sudah stadium 1B sampai 2A/2B. "Seluruh rahim diangkat berikut sepertiga vagina, serta penggantung rahim akan dipotong hingga sedekat mungkin dengan dinding panggul. Indung telur bisa diangkat atau tidak tergantung usia pasien. Bila masih haid, indung telur akan ditinggal.! " Kendati vagina dipotong tak berarti tak bisa berhubungan seks,lo. "Awalnya akan terasa tak enak karena vagina lebih pendek, tapi pada akhirnya akan terbiasa juga,kok."<br />
Nah, bila kanker serviks sudah berada dalam stadium 2B ke atas, operasi tak lagi bisa dilakukan, melainkan dengan radiasi atau penyinaran. <br />
Sayangnya, penyinaran memiliki komplikasi; indung telur ikut mati terkena radiasi. "Akibatnya hormon pun mati.<br />
Padahal hormon diperlukan untuk gairah seksual dan haid. Juga mencegah osteroporosis dan jantung." Komplikasi lainnya, dalam penyinaran bukan enggak mungkin terkena organ lain, semisal dubur dan saluran kencing. Terkadang terjadi luka bakar pad! a dubur dan terjadi diare atau perdarahan terus. <br />
"Kalau terjadi demikian, maka dubur atau saluran kencing harus diangkat. Sebagai gantinya akan dibuatkan dubur atau saluran kencing baru lewat perut."<br />
Bahkan, akibat penyinaran vagina pun menjadi kaku, sehingga penderita tak bisa berhubungan seks. "Lain dengan operasi, kendati vagina diangkat sepertiganya tapi masih tetap bisa berhubungan seks." <br />
<br />
B! elum lagi bila ternyata tumor resisten terhadap penyinaran, sehingga berapa pun banyaknya penyinaran, tumornya tetap ada.<br />
Padahal komplikasi penyinaran, kan, sangat banyak. Itu sebabnya radiasi dilakukan bila tak ada pilihan lain. Pengobatan berikutnya, kemoterapi; dilakukan bila<br />
operasi dan radiasi tidak memungkinkan lagi. Semisal, dalam setahun sudah pernah diradiasi, sehingga tak mungkin dilakukan radiasi lagi karena dikhawatirkan terjadi komplikasi. Sayangnya, kemoterapi sangat mahal biayanya. <br />
<br />
<span style="color: red;">2. KANKER OVARIUM </span><br style="color: red;" /> <br />
* Gejala <br />
Perut terasa begah, kembung, tidak nyaman. "Tapi gejala ini tidak spesifik. Bahkan, kebanyakan justru tak merasakan gejala apa-apa."<br />
Gejala selanjutnya perut membe! sar, terasa ada benjolan, nyeri panggul, gangguan BAB/BAK akibat penekanan pada saluran pencernaan dan saluran kencing. Bahkan pada keadaan yang lebih lanjut, dapat terjadi penimbunan cairan di rongga perut sampai mengalir ke rongga dada, sehingga perut tampak sangat membuncit. "Terkadang disertai sesak napas. Kalau sudah demikian, biasanya sudah terlambat ditangani." <br />
<br />
* Deteksi Dini<br />
Kerap terjadi keterlambatan deteksi akibat sulit mendeteksinya pada stadium dini. "Karena lokasi ovarium berada di dalam rongga panggul, sehingga tak terlihat dari luar." Biasanya kanker ditemukan lewat pemeriksaan dalam. Bila ditemukan kista, maka akan di-USG, apakah terdapat tanda-tanda kanker atau tidak. "Memang tak semua kista akan jadi kanker. Kista yang mengarah kanker biasanya berlokus-lokus atau bersekat-sekat. Juga dindingnya tebal & tidak teratur.<br />
Pemeriksaan lainnya, CT-Scan dan tumor marker (pertanda tumor) lewat pemeriksaan darah. <br />
<br />
* Pengobatan<br />
Dilakukan operasi yang dilanjutkan dengan terapi. Komplikasinya, mual, muntah, atau rambut rontok. Kemoterapi tidak diberikan pada penderita stadium awal. <br />
<br />
<span style="color: red;">3. KANKER ENDOMETRIUM </span><br style="color: red;" /> <br />
* Gejala<br />
Terdapat perdarahan, terutama pada pasca menopause atau diluar masa haid. Juga bila haidnya sangat lama dan banyak. <br />
"Karena dengan haid lama dan banyak, maka berarti endometriumnya semakin menebal, kan?" <br />
<br />
* Deteksi Dini<br />
Karena gejala awal berupa perdarahan, maka umumnya penderita lebih awal melakukan pemeriksaan sehingga sebagian besar penyakit ini diketahui pada stadium<br />
awal. Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat ketebalan dinding edometrium. Selanjutnya dilakukan kuretase. "Cairannya akan dibawa ke patologi untuk dilihat apakah kanker atau bukan." <br />
<br />
* Pengobatan<br />
Operasi yang dilanjutkan dengan radiasi atau kemoterapi</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div></div>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-77571706143608477812010-08-12T09:02:00.000-07:002010-08-12T09:08:05.084-07:00IT'S ALL ABOUT TIFUS<h2 class="contentheading"><span style="color: red;">Gejala Tifus </span></h2><img align="right" alt="gejala tipus" border="0" height="124" hspace="5" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:r4aaU99V_m4V7M:https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigg4l6CgTnAm5L3vpbHMSEKzHNO_Mk73xKOe2VB46xkQ7CjhbhrqplFKvos7mRwpxtTTsaePzmjBXTaf4tqYPxBHwDAMV41KssTN9qUOfWejIVSwNNacLVkOUSczbd2qPoOGnape-fmVuS/s400/homepageimage.jpg" title="gejala tipus" vspace="5" width="82" /><br />
<div style="text-align: justify;">Penyakit tifus atau demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara berkembang, umumnya di daerah tropis dan khususnya di Indonesia, di mana angka kejadiannya meningkat pada musim kemarau panjang dan di awal musim hujan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Selain memerlukan perawatan dan masa pemulihan yang cukup lama, tidak jarang penyakit tersebut disertai dengan komplikasi dan berakhir dengan kematian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Angka kejadian penyakit tifus di Indonesia rata-rata 900.000 kasus/tahun dengan angka kematian lebih dari 20.000 di mana 91% kasus terjadi pada usia 3-19 tahun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;">Apakah Penyakit Tifus itu ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penyakit tifus atau demam tifoid merupakan infeksi berat pada usus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penularannya dapat terjadi melalui kontak antar manusia atau jika makanan dan minuman yang dikonsumsi terkontaminasi dikarenakan penanganannya yang tidak bersih.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;">Kapan Penyakit Tifus Menimbulkan Gejala ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit (masa inkubasi) bergantung dari banyaknya bakteri yang masuk ke tubuh. Masa inkubasi berkisar antara 8-14 hari.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;">Apa Saja Gejala Penyakit Tifus ?</div><div style="text-align: justify;">Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pa umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare pada anak-anak atau sulit buang air pada orang dewasa, suhu tubuh meningkat terutama sore dan malam hari.</div><div style="text-align: justify;">Setelah minggu ke dua gejala menjadi lebih jelas, yaitu demam yang tinggi terus-menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor, pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. Anak nampak sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan, acuh tak acuh (apatis), sampai berat (koma).</div><div style="text-align: justify;">Penyakit tifus yang berat menyebabkan komplikasi perdarahan, kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopnemonia (peradangan paru) dan kelainan di otak. </div><div style="text-align: justify;">Apa Yang Harus Dilakukan Jika Menemukan Gejala Penyakit Tifus ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika terdapat gejala penyakit tifus segera lakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis penyakit tifus. Keterlambatan diagnosis dapat menyebabkan komplikasi yang berakibat pada kematian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;">Pemeriksaan Laboratorium Apa Sajakah Yang Dapat Dilakukan ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: blue; text-align: justify;">Kultur Gal</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diagnosis definitive penyakit tifus dengan isolasi bakteri Salmonella typhi dari specimen yang berasal dari darah penderita.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pengambilan specimen darah sebaiknya dilakukan pada minggu pertama timbulnya penyakit, karena kemungkinan untuk positif mencapai 80-90%, khususnya pada pasien yang belum mendapat terapi antibiotic. Pada minggu ke-3 kemungkinan untuk positif menjadi 20-25% and minggu ke-4 hanya 10-15%.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: blue; text-align: justify;">Widal</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penentuan kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam darah (antigen O muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pemeriksaan Widal memberikan hasil negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pemeriksaan tunggal penyakit tifus dengan tes Widal kurang baik karena akan memberikan hasil positif bila terjadi :</div><div style="text-align: justify;">Infeksi berulang karena bakteri Salmonella lainnya </div><div style="text-align: justify;">Imunisasi penyakit tifus sebelumnya </div><div style="text-align: justify;">Infeksi lainnya seperti malaria dan lain-lain </div><div style="text-align: justify;">Apakah Pemeriksaan Dengan Kultur Gal dan Widal Sudah Cukup Untuk Mendeteksi Penyakit Tifus ?</div><div style="text-align: justify;">Tidak, karena pemeriksaan Kultur Gal sensitivitasnya rendah, dan hasilnya memerlukan waktu berhari-hari, sedangkan pemeriksaan Widal tunggal memberikan hasil yang kurang bermakna untuk mendeteksi penyakit tifus.</div><div style="text-align: justify;">Tidak, karena melihat pengalaman selama ini, banyak sekali kasus infeksi dengan diagnosis positif penyakit tifus yang dihasilkan dari pemeriksaan Kultur Gal dan Widal, sudah mulai diberikan obat antibiotika, namun ternyata menderita demam karena virus, misalnya dengue. </div><div style="text-align: justify;">Pemeriksan Apakah Yang Dapat Dijadikan Alternatif Untuk Mendeteksi Penyakit Tifus ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pemeriksaan Anti Salmonella typhi IgM dengan reagen TubexRTF sebagai solusi pemeriksaan yang sensitif, spesifik, praktis untuk mendeteksi penyebab demam akibat infeksi bakteri Salmonella typhi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;">Apakah Yang Dimaksud Pemeriksaan Anti Salmonella typhi IgM Dengan Reagen TubexRTF ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pemeriksaan Anti Salmonella typhi IgM dengan reagen TubexRTF dilakukan untuk mendeteksi antibody terhadap antigen lipopolisakarida O9 yang sangat spesifik terhadap bakteri Salmonella typhi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Apakah Kelebihan Pemeriksaan Anti Salmonella typhi IgM Dengan Reagen TubexRTF ?</div><div style="text-align: justify;">Deteksi infeksi akut lebih dini dan sensitive, karena antibodi IgM muncul paling awal yaitu setelah 3-4 hari terjadinya demam (sensitivitas > 95%). </div><div style="text-align: justify;">Lebih spesifik mendeteksi bakteri Salmonella typhi dibandingkan dengan pemeriksaan Widal, sehingga mampu membedakan secara tepat berbagai infeksi dengan gejala klinis demam (spesifisitas > 93%). </div><div style="text-align: justify;">Memberikan gambaran diagnosis yang lebih pasti karena tidak hanya sekedar hasil positif dan negatif saja, tetapi juga dapat menentukan tingkat fase akut infeksi. </div><div style="text-align: justify;">Diagnosis lebih cepat, sehingga keputusan pengobatan dapat segera diberikan. </div><div style="text-align: justify;">Hanya memerlukan pemeriksaan tunggl dengan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan Widal serta sudah diuji di beberapa daerah endemic penyakit tifus. </div><div style="text-align: justify;">Peningkatan angka kejadian demam tifoid terjadi karena beberapa hal, yaitu sanitasi yang buruk, pasien carrier yang tidak terdeteksi, dan keterlambatan diagnosis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keterlambatan diagnosis penyakit tifus antara lain disebabkan selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit yang terlalu lama (berkisar 8-14 hari) dan metode pemeriksaan yang digunakan tidak dapat mendeteksi secara cepat dan tepat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Makin cepat penyakit tifus dapat dideteksi, maka pengobatan yang tepat dapat segera diberikan sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi bahkan kematian, karena mekanisme kerja daya tahan tubuh masih cukup baik dan bakteri masih terlokalisasi hanya di beberapa tempat saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
<br />
<br />
<h2> <span style="color: red;">5 “Rahasia” Tifus </span></h2><small><a href="http://www.eurekaindonesia.org/category/kesehatan-populer/" rel="category tag" title="View all posts in Kesehatan Populer"><br />
</a> </small> Sssst… ternyata penderita penyakit tifus tidak harus makan bubur.<span id="more-45"></span><br />
Soal bubur baru merupakan salah satu rahasia dari penyakit tifus yang kerap diderita anak-anak. Mengapa bubur tak harus jadi menu utama? Dan apa “rahasia” lainnya, simak penuturan ini:<br />
<br />
<div style="color: blue;">1. BUBUR TAK HARUS JADI MENU WAJIB PENDERITA TIFUS</div>Penyakit tifus identik dengan menu ketat berbahan utama bubur. Bahkan bubur itu harus disaring sehalus mungkin. “Biar ususnya tidak tambah sakit,” begitu kata orang. Tidak cuma itu. Berbagai pantangan pun harus dijalani. Tidak boleh makan ini dan itu. Walhasil, penderita hanya makan bubur dengan lauk pauk seadanya. Dengan menu seperti itu, anak yang menderita tifus boleh jadi tidak nafsu makan, bahkan menolak makan. Siapa sih yang mau melahap bubur hambar miskin lauk? Selain itu, kandungan kalori sepiring bubur lebih sedikit ketimbang nasi. Jika sepiring bubur mengandung 80-100 kalori, maka sepiring nasi dapat empat kalinya. Walhasil, bubur tak hanya membuat nafsu makan anak hilang, tapi juga membuat tubuhnya lemas. Jika asupan gizi anak kurang maka dapat dipastikan waktu penyembuhan semakin lama.<a name='more'></a><br />
Dulu, penderita penyakit tifus wajib makan bubur dengan alasan khawatir terjadi gangguan pada pencernaan atau perdarahan pada usus. Pendapat ini tampaknya perlu diluruskan. Sebab, gangguan pencernaan akibat bakteri Salmonella typhi ada di usus halus. Perlu diketahui, makanan yang sudah masuk usus halus semuanya berbentuk cair. Ini karena sebelumnya makanan itu dikunyah di mulut, lalu diproses di lambung, lalu ke usus halus. Meski asalnya makanan itu padat, tapi kalau sudah masuk usus halus semuanya akan berbentuk cair.<br />
Jadi, sebenarnya tidak ada pantangan buat penderita penyakit tifus makan nasi lembek. Perkecualian jika penderita tidak sadar, maka penderita disarankan mengonsumsi menu makanan cair.<br />
Pantangan buat penderita tifus adalah makanan berserat tinggi seperti sayur-sayuran atau buah. Tapi jika diberikan sedikit tidak mengapa. Juga makanan yang berisiko menimbulkan kontraksi pada pencernaan seperti makanan pedas atau asam. Penderita dianjurkan mengonsumsi makanan berprotein tinggi seperti daging, telur, susu, tahu, tempe, dan lain-lain. Dengan demikian, nafsu makan anak membaik, waktu penyembuhan pun semakin cepat.<br />
<br />
<div style="color: blue;">2. HARUS ISTIRAHAT</div>Agar lekas pulih, penderita tifus memang harus banyak beristirahat di tempat tidur. Untuk keperluan buang air, misalnya, sedapat mungkin penderita tidak beranjak dari tempat tidur. Banyak pergerakan dapat menyebabkan suhu naik. Bahkan jika terlalu heboh, aktif bergerak dapat menimbulkan risiko usus pecah. Jadi, biarkan si kecil tetap istirahat dan tidak terlalu banyak bergerak. Temani, hibur, atau bacakan dongeng jika perlu.<br />
<br />
<div style="color: blue;">3. TES WIDAL POSITIF TIDAK SELAMANYA TIFUS</div>Untuk mengetahui seseorang terjangkit tifus atau tidak, maka tes yang umum digunakan adalah tes Widal. Jika positif berarti tifus, jika tidak maka mungkin penderita terjangkit penyakit lain. Padahal, Widal positif tidak selalu berarti penderita terjangkit tifus. Ini karena orang sehat sekalipun jika dites widal hasilnya bisa positif. Seorang dokter penyakit dalam bahkan pernah berkelakar, jika pasien, perawat, bahkan dokter yang berpraktik di kliniknya dites Widal, maka bukan tidak mungkin hasilnya positif semua. Ingat, kebersihan merupakan sebuah hal yang sulit dicari di negeri ini. Nasi goreng yang biasa kita santap bersama teman, es jeruk yang diseruput di warung tegal, bahkan menu makanan di kantin, tidak ada jaminan bebas tifus 100%. Namun, karena jumlah kuman yang masuk ke dalam tubuh tidak sampai menginfeksi, sakit tifus pun tidak terjadi. Ini berbeda dengan kondisi di Eropa atau Singapura yang sanitasinya sudah baik. Tes Widal positif berarti kemungkinan besar terjadi infeksi tifus.<br />
Namun, tidak berarti tes Widal diragukan akurasinya. Jika tesnya dilakukan di waktu yang tepat, plus diagnosis klinisnya benar, maka penyakit tifus dapat dengan mudah terdeteksi. Tes Widal idealnya dilakukan setelah hari ke-5 atau 6, sesudah penderita mengalami gejala klinis tifus yaitu demam. Jika dilakukan sebelum itu maka hasilnya tidak akurat. Selain itu, selidiki juga gejala lainnya seperti sembelit, nyeri perut, lidah kotor, muntah, dan lain-lain. Dengan kombinasi tes Widal dan deteksi gejala, maka penyakit tifus dapat dideteksi dengan mudah. Selain harganya yang lebih ekonomis, tes Widal juga dapat mendeteksi penyakit paratifus, sebuah penyakit dengan gejala mirip tifus tapi lebih ringan. Paratifus disebabkan bakteri Salmonella paratiphy. Sedangkan tifus disebabkan bakteri Salmonella typhi.<br />
Selain tes Widal, ada tes yang lebih akurat, yaitu tes TUBEXR yang merupakan tes imunologi. Merupakan tes dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut pada tifus. Beberapa penelitian menyimpulkan, tes ini mempunyai sensitivitas lebih baik daripada uji Widal. Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang. Meski begitu, tes ini hanya dapat mendeteksi penyakit tifus, tapi tidak paratifus yang kerap menyertai tifus. Tes yang lebih akurat adalah pembiakan kuman dari darah, urine, feses, sumsum tulang, atau cairan lainnya. Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid. Media pembiakan yang direkomendasikan untuk S. typhi adalah media empedu. Ini karena S. typhi dan S. paratyphi dapat tumbuh pada media tersebut. Namun, tes biakan kuman sebaiknya dilakukan sebelum penderita diobati antibiotika. Meski sangat akurat dan dapat mendiagnosis tifus dan paratifus, diagnosis biakan kuman membutuhkan waktu lama (5-7 hari) serta peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri sehingga tidak praktis untuk diagnosis penderita.<br />
<br />
<div style="color: blue;">4. TIFUS ADALAH PENYAKIT BUKAN GEJALA</div>Banyak bakteri yang menegakkan diagnosis penyakit “gejala tifus”. Ini jelas sebuah diagnosis rancu, karena dalam dunia kedokteran tidak mengenal istilah ini. Diagnosis harus tegas, apakah penderita terjangkit penyakit tifus atau tidak. Kalau mau, dokter mengatakan diagnosis dugaan tifus. Kenali gejala tifus dengan baik, jika demamnya sampai 5-6 hari hilang timbul maka kemungkinan penderita terjangkit tifus. Tapi jika tidak demam, atau demamnya turun setelah tiga hari, ada kemungkinan penderita tidak terjangkit tifus. Ada banyak penyakit infeksi lain yang disertai demam. Apalagi pada hari-hari pertama demam, sulit untuk dapat memastikannya sebagai demam tifoid. Gejala demam juga terdapat pada penyakit lain seperti demam dengue, morbili, dan sebagainya.<br />
<br />
<div style="color: blue;">5. TIFUS DIBAWA OLEH CARRIER</div>Banyak orang yang tidak terlihat sakit tapi berpotensi menyebarkan penyakit tifus. Inilah yang disebut dengan pembawa penyakit tifus. Meski sudah dinyatakan sembuh, bukan tidak mungkin mantan penderita masih menyimpan bakteri tifus dalam tubuhnya. Bakteri bisa bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ini karena sebagian bakteri penyebab tifus ada yang bersembunyi di kantong empedu. Bisa saja bakteri ini keluar dan bercampur dengan tinja. Nah, bakteri ini dapat menyebar lewat air seni atau tinja penderita.<br />
<br />
<div style="color: red;">MENGENAL PENYAKIT TIFUS</div>Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri yang bertanggung jawab terhadap penyakit ini. Kuman ini dapat hidup lama di air yang kotor, makanan tercemar, dan alas tidur yang kotor. Siapa saja dan kapan saja dapat menderita penyakit ini. Termasuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena demam tifoid.<br />
Lingkungan yang tidak bersih, yang terkontaminasi dengan Salmonella typhi merupakan penyebab paling sering timbulnya penyakit tifus. Kebiasaan tidak sehat seperti jajan sembarangan, tidak mencuci tangan menjadi penyebab terbanyak penyakit ini. Penyakit tifus cukup menular lewat air seni atau tinja penderita. Penularan juga dapat dilakukan binatang seperti lalat dan kecoa yang mengangkut bakteri ini dari tempat-tempat kotor.<br />
Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 7 sampai 14 hari. Manifestasi klinik pada anak umumnya bervariasi. Demam adalah gejala yang paling utama di antara semua gejala klinisnya. Pada minggu pertama, tidak ada gejala khas dari penyakit ini. Bahkan, gejalanya menyerupai penyakit infeksi akut lainnya. Gejala yang muncul antara lain demam, sering bengong atau tidur melulu, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau justru sembelit (sulit buang air besar) selama beberapa hari. Peningkatan suhu bertambah setiap hari. Setelah minggu kedua, gejala bertambah jelas. Demam yang dialami semakin tinggi, lidah kotor, bibir kering, kembung, penderita terlihat acuh tidak acuh, dan lain-lain.<br />
Pada penderita penyakit tifus yang berat, disarankan menjalani perawatan di rumah sakit. Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit tifus. Waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan.<br />
Vaksinasi tifoid sangat dianjurkan untuk mencegah penyakit. Apalagi jika si kecil terkenal doyan jajan. Juga, anak balita yang sudah pandai “nenangga”, atau yang belum bisa cebok dengan benar. Vaksinasi harus diperkuat setiap 3 tahun. Ini karena setelah kurun waktu itu, kekebalan terhadap penyakit tifus akan berkurang. Umumnya, seusai divaksinasi, tubuh akan kebal, atau kalupun terkena maka penyakit yang menyerang tidak sampai membahayakan anak.</div>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-8013238667727051892010-08-11T10:11:00.000-07:002010-08-13T09:25:50.265-07:00TUJUH CARA MENGOBATI MIGRAIN <span style="color: red; font-size: large;"> </span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNSGZ7gupA-RVREFyPQJoI9lU6DdMF-eXrwIRz6X8Fb41PCME7G-JpdG886tLqhINPJDujcK_DLgfJcNlA4i9UZkuH6M9YcVVAl5zktjYHOT8oGtnkiHwFlckJGlaixM10Ye-w3ZeAj4o/s1600/headache.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNSGZ7gupA-RVREFyPQJoI9lU6DdMF-eXrwIRz6X8Fb41PCME7G-JpdG886tLqhINPJDujcK_DLgfJcNlA4i9UZkuH6M9YcVVAl5zktjYHOT8oGtnkiHwFlckJGlaixM10Ye-w3ZeAj4o/s320/headache.jpg" /></a></div><span style="color: red; font-size: large;">– Migrain</span> adalah nyeri kepala berdenyut yang paling sering menyerang satu sisi kepala saja, kadang berpindah ke sisi sebelahnya, namun tak jarang pula mengenai kedua sisi kepala<br />
sekaligus.<br />
Sakit kepala ini seringkali disertai rasa mual dan muntah. Biasanya penderita akan sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan.<br />
Penyebab penyakit ini masih belum begitu jelas. Diperkirakan, adanya hiper aktifitas impuls listrik otak meningkatkan aliran darah di otak,akibatnya terjadi pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi.<br />
Hal ini menyebabkan timbulnya nyeri dan gejala yang lain, misalnya<br />
mual. Semakin berat inflamasi yang terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita. Faktor genetik diketahui berperan terhadap timbulnya migrain.<br />
Penyakit ini bisa sangat mengganggu aktivitas Anda sehari-hari.<br />
Seperti yang dikutip dari Conectique, untuk melawan migrain, Anda bisa mengikuti beberapa cara alami berikut :<br />
<b>1. Jahe</b><br />
Jahe juga berkhasiat untuk membantu mengurangi nyeri kepala Anda.<br />
Tanaman ini bertindak sebagai obat anti alergi dan juga anti radang, sehingga sangat efektif untuk mencegah migrain menjadi semakin bertambah buruk.<br />
<b>2. Omega 3</b><br />
Omega 3 yang terdapat pada ikan, khususnya ikan salmon, juga terbukti efektif dalam melawan nyeri kepala akibat migrain.<br />
<b>3. Magnesium</b><br />
Jenis makanan yang kaya akan magnesium seperti yang terdapat dalam<br />
jenis sayur bayam, kacang polong dan labu juga dapat mengurangi<br />
serangan migrain yang muncul tiba-tiba.<br />
<b>4. Vitamin B2</b><br />
Asupan makanan kaya akan vitamin B2 dapat meningkatkan energi pada<br />
otak dan sel-sel otot. Sumber vitamin ini sama efektifnya dengan<br />
aspirin yang sudah Anda ketahui khasiatnya dalam mengurangi dan<br />
mengatasi migrain. Dipresumsikan bahwa vitamin B2 membantu mengurangi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan migrain.<br />
<b>5. Kafein</b><br />
Kafein efektif untuk mengurangi sakit kepala. Khasiatnya hampir sama dengan ibuprofen. Jika Anda mengkombinasikan keduanya, kafein dan ibuprofen maka akan mendapatkan hasil yang baik, namun perlu sangat hati-hati dengan dosis atau takarannya. Terkadang kafein juga bertanggung jawab atas munculnya rasa nyeri pada bagian kepala Anda.Kafein ini bisa Anda temukan pada kopi atau teh.<br />
<b>6. Konsumsi Karbohidrat</b><br />
Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat komplek. Kandungan zat ini banyak terdapat pada roti gandum, nasi dan pasta. Fungsinya adalah membantu memberikan energi yang tubuh Anda butuhkan, sehingga dapat membantu mengurangi intensitas munculnya migrain dan mencegahnya bertambah parah.<br />
<b>7. Aromaterapi.</b><br />
Cara lain yang terbilang ampuh untuk mengatasi migrain adalah dengan aromaterapi. Pilihlah aroma wewangian apel hijau yang diketahui efektif dalam mengurangi nyeri sakit kepala Anda.<b> (mega/B)</b><br />
<div class="addthis"><script src="http://s7.addthis.com/js/250/addthis_widget.js#pub=anggitpy" type="text/javascript">
</script> </div><div id="at_pspromo" style="display: none; visibility: hidden;"><div style="border: 0pt none; display: block; position: absolute;"><div id="at_testpromo" style="display: block;"><div align="center" class="at-promo-single"><h4>Make sharing easier with AddThis for Firefox.</h4><div align="center"><a href="http://www.addthis.com/landing?to=ffext&utm_source=ps&utm_medium=img&utm_content=ATFF&utm_campaign=ATSPF4_DL" onclick="_ate.cev('adck','');" target="_blank"><img alt="Download" border="0" height="44" src="http://s7.addthis.com/images/btn_ff_dl120.jpg" vspace="10" width="120" /></a><br />
<a href="http://www.addthis.com/pages/toolbar-preferences" style="font-size: 10px; padding-top: 10px;" target="_blank">Don't show these</a></div></div></div></div></div>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3394086601270261638.post-31516730045782805052010-08-11T09:48:00.000-07:002010-08-11T09:50:53.117-07:00MENGELUARKAN BATU GINJAL- BATU EMPEDU TANPA OPERASI<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}"><span style="color: red; font-size: large;"> </span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}"><span style="color: red; font-size: large;"> </span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}"><span style="color: red; font-size: large;">KANTUNG EMPEDU - BATU GINJAL</span><br />
<br />
<br />
</h6><span style="font-size: small;">Indikasi awal kanker & tumor biasanya diawali dengan> penuhnya kantung empedu dengan batu.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Semua orang cenderung empedunya berisi batu, tetapi pada kondisi tertentu akan jadi penyakit.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Artikel paling bawah ini telah memberi saya jalan keluar, dimana 4 dokter memastikan saya harus dioperasi.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Karena beberapa minggu lalu, saya terkena hepatitis A dan hasil USG ternyata empedu saya penuh dengan batu.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Penuhnya Empedu dengan batu tdk akan kita ketahui dlm keadaan normal, saya baru tahu setelah dokter melakukan USG Hati dan empedu.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Menurut Dokter:</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Operasi kantung empedu dgn mengangkat kantung empedu dengan operasi besar ataupun laparaskopi.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Biaya yang akan kita keluarkan untuk operasi tsb berkisar antara 40-60 juta.. (Untuk operasi saja)</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Silahkan baca original artikel paling bawah dari Dr Lai Chiu-Nan, bagaimana mengeluarkan batu empedu tanpa operasi dan biaya sangat</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Murah dan tidak merusak tubuh kita. Subhanallah saya telah mengikuti saran beliau dan alhamdulillah batu empedu ku keluar semua tanpa operasi.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> (Ini bukan detoxinasi, tapi seperti pembersihan perut).</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Hasil USG saya empedu telah penuh dengan batu, setelah melakukan treatment ini saya meminta USG kembali sebagai bukti.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Ternyata benar...kantung empedu saya kosong... Entah bagaimana saya menyampaikan ucapan terimakasih ke Dr Lai Chiu-Nan, tapi saya cuma</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Ingin sharing pengalaman sesuai niat Dr Lai Chiu-Nan membagi pengalaman kepada saudara2 kita dengan gratis.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> <span style="color: red; font-size: large;">Saran:</span></span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Bagi yang sehat...cobalah, karena saat kita sakit akut ataupun kronis gak enak rasanya. Ini adalah salah satu cara menghindari kanker dan tumor</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Fungsi hati dan empedu:</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Menetralisir racun di tubuh, Empedu menetralisir lemak yang kita asup ke dalam tubuh.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Keduanya saling berkaitan... kalau kedua2nya bersih .berarti kita telah menyehatkan tubuh kita agar normal fungsi keduanya.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Wasalam,</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Sehat adalah milik kita semua..</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> <span style="font-size: large;"><span style="color: red;">MENGHILANGKAN BATU EMPEDU SECARA ALAMIAH</span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"> oleh Dr Lai Chiu-Nan</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Ini telah berhasil bagi banyak orang. Apabila kejadian anda demikian juga, ayolah beritahu pada orang lain.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Dr Chiu-Nan sendiri tak memungut biaya untuk informasinya ini, karena itu sebaiknya kita buat ini gratis juga.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> <span style="color: red;">Ganjarannya adalah bila ada orang yang karena informasi yang anda berikan menjadi sehat.</span></span><br style="color: red;" /><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Batu empedu tak banyak dirisaukan orang, tapi sebenarnya semua perlu tahu karena kita hampir pasti mengindapnya.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Apalagi karena batu empedu bisa berakhir dengan penyakit kanker.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Kanker sendiri tidak pernah muncul sebagai penyakit pertama" kata Dr Chiu-Nan.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Umumnya ada penyakit lain yang mendahuluinya. Dalam penelitian di Tiongkok saya menemukan bacaan bahwa orang-orang</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> yang terkena kanker biasanya ada banyak batu dalam tubuhnya.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Dalam kantung empedu hampir semua dari kita mengandung batu empedu.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Perbedaannya hanya dalam ukuran dan jumlah saja.. Gejala adanya batu empedu biasanya adalah perasaan penuh di perut ( ' nek, busung)</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Sehabis makan. Rasanya kurang tuntas mencernakan makanan. Dalam kondisi parah ada tambahan rasa nyeri pada ginjal.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Bila anda menduga ada batu pada empedu anda, cobalah cara yang dianjurkan oleh Dr Chiu Nan untuk menghilangkannya</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> secara alamiah. Pengobatan ini juga dapat dipakai bila ada keluhan gangguan hati, karena hati dan kandung empedu saling berkaitan.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> <span style="font-size: large;"><span style="color: red;">Tata-cara pengobatannya adalah sebagai berikut:</span></span></span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> 1. Selama lima hari berturut-turut minumlah empat (4) gelas sari buah apel segar setiap hari,</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> atau makanlah empat atau lima buah apel segar, tergantung selera anda. Apel berkhasiat melembutkan batu empedu.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Selama masa ini anda boleh makan seperti biasa.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> 2. Pada hari ke-enam jangan makan malam.. Jam 6 petang, telanlah satu sendok teh "Epsom salt" (magnesium sulfat, garam Inggris??)</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> dengan segelas air hangat. Jam 8 malam lakukan hal yang sama. Magnesium sulfat berkhasiat membuka pembuluh-pembuluh kandung empedu.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Jam 10 malam campurkan setengah cangkir minyak zaitun (atau minyak wijen) dengan setengah cangkir sari jeruk segar.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Aduklah secukupnya sebelum diminum. Minyaknya melumasi batu2 untuk melancarkan keluarnya batu empedu.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Keesokan hari Anda akan menemukan batu-batu berwarna kehijauan dalam limbah air besar anda..</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Batu-batu ini biasanya mengambang," menurut Dr Chiu-Nan.. "Cobalah hitung jumlahnya. Ada yang jumlahnya 40, 50 sampai 100 batu.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Banyak sekali. Tanpa gejala apapun Anda mungkin memiliki ratusan batu yang berhasil dikeluarkan melalui metoda ini, walaupun mungkin tidak</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> semuanya keluar. Baik sekali apabila kita sekali-kali membersihkan kandung empedu kita..</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> 1. Jenis Apel sebenarnya sama, cuma saya seneng yang manis...Kemaren aku makan Apel RRC yang sering diskon kalau di supermarket</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> harga diskon per 100 gram 800-1000 (biasaya 1600)</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> 2. Minum/makan apel selama 1 hari 4 (rata2) lima juga boleh.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> 3. Sebelumnya aku minum Jus asli apel. Cuma butuh waktu untuk mebuatnya. Akhirnya selama 5 hari aku makan apel seger</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> dari kulkas, kulitnya aku buang. Karena apel sekarang banyak yang dikasih lapisan lilin dan terkontaminasi sama pestisida... jadi aku buang kulitya, lalu aku</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> potong kecil..dan dimasukkan ke kulkas...jadi saat kita mau makan, apelnya masih seger dan dingin.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> 4. Garam Inggris beli di apotik harga Rp2.500 (Tempat obat)</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> 5. Minyak Zaitun kalau kita ke Supermarket namanya Olive Oil, harga 25-30 ribu satu botol. Di Apotek juga ada.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Guna Jeruk agar kita tidak muntah saat minum Minyak Zaitun, Jadi aduk yang rata...karena sebelumnya adukanku tidak rata...</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> sehingga eneg,.lalu aduk lagi biar tercampur dengan rata..karena minyak dan jeruk tidak bersatu atau Berat Jenisnya beda...</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Pokoknya Subhanallah. .. 3 Dokter suruh aku Operasi.... dengan treatment ini, keluar batunya.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Orang yang hanya memikirkan diri sendiri, akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil.</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> Tetapi orang yang mau memikirkan orang lain, ia akan menjadi orang besar dan mati sebagai orang besar".</span><br />
<span style="font-size: small;"> </span><br />
<span style="font-size: small;"> (Sayyid Qutb)</span><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">>> Dan secara tidak sengaja (akhir juli 2010 ) kawan baik saya menceritakan nyeri yang dia rasakan pada ginjalnya. Kemudian saya memaksanya untuk memeriksakan kondisi ginjalnya untuk di USG,dan berkonsultasi pada dokter ahli. Dari hasil USG, terlihat adanya 3 buah batu pada ginjalnya dengan besar sekitar 4 mm. Karena nyeri yang sering dirasakannya, kawan saya tersebut merencanakan akan melakukan operasi laser untuk mengeluarkan batu-batu tersebut pada pertengahan bulan agustus 2010. Kemudian saya menyarankan untuk melakukan treatmen dari Dr.chiu Nan tersebut</span>. </h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Terapi pun dimulai pada tgl 2 Agustus,</span> <span style="font-size: small;">Setelah semua terapi dijalani dengan disiplin. Alhamdulillah pada hari ke tujuh (pagi) kawan saya mengabarkan batu- batu tersebut sudah berhasil keluar. Dan nyeri yang biasa dia rasakan pun sudah hilang..<<</span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></h6><h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":"msg"}" style="text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Semoga bisa bermanfaat bagi semua... </span></h6>TUMINI 2kang JAMOEhttp://www.blogger.com/profile/00076734646063474798noreply@blogger.com3